Mengenal Penyakit Asam Urat

Mengenal Penyakit Asam Urat, Gout merupakan penyakit progresif akibat deposisi kristal MSU di persendian, ginjal, dan jaringan ikat lain sebagai akibat hiperurisemia yang telah berlangsung kronik. Hiperurisemia merupakan kondisi dimana tubuh mengandung kadar asam urat yang tinggi/ berlebihan. Kadar asam urat normal pada wanita dan laki-laki berbeda, pada wanita normalnya 2.4- 5.7 mg/dl, sedangkan pada laki-laki 3.4-7.0 mg/dl.
Mengenal Penyakit Asam Urat merupakan salah satu penyakit metabolik (metabolic syndrom) yang terkait dengan pola makan diet tinggi purin dan minuman beralkohol. Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaannya bisa nomal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari metabolisme protein makanan yang mengandung purin juga menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi (seperti ekstrak daging, kerang, dan jeroan seperti hati, ginjal, limpa, paru, otak).
Mengenal Penyakit Asam Urat
Mengenal Penyakit Asam Urat

Artritis gout menyebar secara merata di seluruh dunia. Prevalensi bervariasi antar negara yang kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan, diet, dan genetic. Prevalensi hiperurisemia dan gout di Indonesia masih belum diketahui dengan pasti karena terbatasnya data yang tersedia. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi untuk penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan yaitu sebesar 11,9% dan berdasarkan gejala sebesar 24,7%.
Perjalanan alamiah gout artritis terdiri dari tiga fase, yaitu: a) hiperurisemia tanpa gejala klinis, b) artritis gout akut diselingi interval tanpa gejala klinis (fase interkritikal), dan c) artritis gout kronis. Hiperurisemia tanpa gejala klinis umumnya penderita tidak sadar karena memang tidak ada gejala klinis apapun sehingga untuk mengetahuinya diperlukan cek GCU untuk asam urat secara berkala agar kadarnya selalu terpantau. Tata laksana pada fase ini disarankan untuk modifikasi gaya hidup, misalnya mengurangi konsumsi makanan tinggi purin, alcohol, dst. Menurut perhimpunan reumatologi Indonesia (IRA) dengan pertimbangan risiko dan efektivitas obat penurun asam urat, pemberian obat penurun asam urat tidak dianjurkan secara rutin. Fase ini bisa berlangsung cukup lama dan dapat berkembang menjadi artritis gout akut jika tidak ditangani dengan baik. Salah satu pemicu nyeri artritis gout akut dikarenakan penurunan asam urat akibat terapi awal obat penurun asam urat atau peningkatan asam urat akibat konsumsi makanan / minuman tinggi purin secara mendadak, Nyeri artritis gout akut pertama umumnya terjadi di daerah metatarsophalangeal secara tiba-tiba disertai sendi yang mengalami eritema, bengkak, dan hangat.
Nyeri artritis gout akut kedua danseterusnya bisa mengenai lenih dari satu persendian. Nyeri pada artritis gout akut jika tidak tertangani dengan baik dapat berkembang menjadi artritis gout kronis yan ditandai dengan destruksi kronis dan inflamasi ringan pada sendi-sendi yang mengalami nyeri artritis gout akut. Faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat adalah usia, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih, kegemukan (obesitas), kurangnya aktivitas fisik, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu (terutama diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Pentalaksanaan pada penderita asam urat dapat denganedukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan (kolaboratif).
Hindari makanan yang mengandung tinggi purin dengan nilai biologik yang tinggi seperti hati, ampela, ginjal, jeroan, dan ekstrak ragi. Makanan yang harus dibatasi konsumsinya antara lain daging sapi, domba, babi, makanan laut tinggi purin (sardine, kelompok shellfish seperti lobster, tiram, kerang, udang, kepiting, tiram, skalop). Alkohol dalam bentuk bir, wiski dan fortified wine meningkatkan risiko serangan gout. Demikian pula dengan fruktosa yang ditemukan dalam corn syrup, pemanis pada minuman ringan dan jus buah juga dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Sementara konsumsi vitamin C, dairy product rendah lemak seperti susu dan yogurt rendah lemak, cherry dan kopi menurunkan risiko serangan gout.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan gout masih belum optimal yang ditunjukkan dengan adanya ketidaktepatan dalam penegakkan diagnosis sebesar 57% di Inggris yang mengakibatkan ketidaktepatan pada pengobatan pasien. Mayoritas kasus terjadi pada pelayanan dasar, hal ini dikarenakan belum adanya pedoman dalam penegakkan diagnosis dan pengelolaan gout . Berdasarkan perhimpunan reumatologi Indonesia dalam buku pedoman dan pengelolaan gout prinsip umum pengelolaan hiperurisemia dan gout, setiap pasien hiperurisemia dan gout harus mendapat informasi (edukasi) memadai tentang hiperurisemia dan gout beserta tata laksana efektifnya, diberi nasihat / anjuran-anjuran tentang gaya hidup seperti menurunkan berat badan hingga ideal, menghindari alcohol, minuman yang mengandung pemanis buatan, makanan berkalori tinggi, daging merah, seafood berlebihan, serta dianjurkan konsumsi makanan rendah lemak dan latihan fisik teratur. Kemudian setiap pasien dengan gout harus dilakukan anamnesis dan pemeriksaan penapisan untuk penyakit kormoboid terutama yang berpengaruh pada terapi penyakit gout dan faktor risiko kardiovaskular termasuk gangguan fungsi ginjal, penyakit jantung coroner, gagal jantung, stroke, penyakit arteri perifer, obesitas, hipertensi, diabetes, dan merokok.[]