Contoh Cerpen 5.000
Kata Tentang Liburan - Sahabat
seklaian, pada kesempatan kali ini Kata Ilmu akan share artikel mengenai Cerpen
atau cerita pendek yang memuat 5.000 (lima ribu) kata, yup barangkali anda para
pelajar Indonesia sedang diberi tugas oleh guru Bahasa Indonesia mengenai Tugas
membuat Cerita pendek minimal 5.000 Kata, nah berikut ini
Contoh Cerpen 5000
Kata Tentang Liburan
1. Cerpen Perjuangan
“Jadilah gadis yang optimis, jangan pesimis. Yakin kamu
bisa!” Jasmine terus menyemangati sahabatnya, Vanny.
Vanny, ialah gadis berbakat dalam bidang matematika yang
saat ini sedang di karantina mewakili sekolah mengikuti olimpiade matematika
tingkat SD, senasional. Setiap hari, Jasmine mendoakan dan menyemangati Vanny
yang sedang bekerja keras membanggakan sekolah dan provinsi. Vanny tersenyum
dan akan memeras otak demi orang yang disayang dan dicintanya, banyak pelajaran
yang susah baginya. Namun, ia tak pernah berputus asa.
“Jumlah angka…” Di tengah malam, Vanny sedang belajar, tiba-tiba
dering SMS terdengar.
“Oh Dari Jasmine,” Vanny tersenyum melihat SMS Jasmine, yang
isinya, “Hei sahabatku, kamu sedang apa? Maaf aku men-SMS kamu di tengah malam.
Semangat ya, 2 minggu lagi sudah lomba. Teruslah bekerja keras, kami di sini
mendoakanmu!” Vanny membalasnya dengan penuh keceriaan walau kantuk
menyerangnya. Akhirnya, Vanny pun tertidur pulas karena lelah belajar, ya
itulah keseharian Vanny setiap hari.
“Hoaahh…” Vanny menguap kencang, ia segera mengambil wudu
dan melaksanakan salat tahajud. Dipegangnya tasbih dan berdoa agar dapat
membanggakan nama provinsinya, terutama Jasmine.
“Hari ini hari Rabu, 1194 hari lagi adalah hari… 1194 bagi
7.. 170 sisa 4. Rabu ditambah 4 hari…. Hari Minggu! Mmm… jumlah dari 1 tambah 2
tambah 3 sampai 61 adalah…. 62 bagi 2 31 dikali 61 jadi…. 1891!” Vanny
tersenyum puas mengerjakan bekal yang dibawanya sebulan lalu. Menit demi menit
berlalu, dengan khusyuk Vanny mengerjakan soalnya dengan tepat walau lambat.
Tetes-tetes keringat mengalir di wajahnya, walau begitu Vanny tetap
bersemangat, kerjanya di sana hanya berdoa, SMS-an dengan Jasmine, belajar,
belajar, dan belajar!
“Vanny ingat besok sudah lomba, ingat ya kamu harus optimis
jangan pesimis, terus vitaminnya diminum tuh. Jangan lupa berdoa ya besok!
Pagi-pagi kamu harus belajar lagi ya! Sekarang sudah mandi belum? Eh iya, kamu
sudah makan belum? Nanti sakit loh… Kalau sakit gak bisa lomba, kalau gak bisa
lomba gak bisa menang, kalau gak menang gak bisa disambut sama pak gubernur
loh. Mmm… semua sudah disiapkan kan? Pensil, penghapus, pena, tipe-x, sama
penggaris sudah dibawa kan? Besok tulisannya dicek lagi yang rapi dan jelas ya…
Bla bla bla…”
Hari itu, karantina belajar diliburkan seharian Jasmine
menelepon Vanny, Vanny mendengarkan sambil belajar. Panjang lebar Jasmine
bicara, tiba-tiba sambungan terputus dan Vanny tak menyadarinya. “Vanny, maaf
kemarin pulsaku habis dan sudah diisi kok, eh kamu sudah salat belum. Lagi
apa?” Jasmine kembali menelepon Vanny yang sedang memastikan barang yang akan
dibawanya nanti.
“Waalaikumsalam….”
“Hehe maaf, kamu semangat ya lombanya!”
“Iya, doakan aku biar dapat juara,”
“Sip sekarang kamu lagi apa?”
“Lagi mau nyiapin barang terus belajar,”
“Salat sudah belum?”
“Sudah,”
“Ohh… Vitamin sudah diminum,”
“Sudah kok,”
“Kalau makan?”
“Belum sih…”
“Makan gih nanti gak ada energi sama gak bisa berpikir loh.
Kalau gak bisa berpikir banyak yang kosong sama salah, terus nanti gak bisa
menang. Kalau gak bisa menang kami bakal kecewa, kamu kan sudah bilang gak
bakal kecewain kami. Terus nanti gak bisa ketemu sama pak gubernur,” Mulut
Jasmine menyerocos panjang lebar tak henti-henti. “Iya deh bos…”
Lomba telah dimulai, detik demi detik berlalu, menit demi
menit berlalu, jam demi jam berlalu. Sudah 3 jam Vanny lewati untuk mengerjakan
soal soal itu. Dengan tenang dan khusyuk Vanny mengerjakan. Tak ada terdengar
suara berisik di dalam ruangan besar itu. Sampai akhirnya, waktu pun habis.
Pengumumannya adalah besok. Hari itu juga, banyak yang BBM, SMS, MMS, telepon,
FB, IG, Twitter, Wetalk, Line, dan SOSMED lainnya menghubungi Vanny. Satu per
satu Vanny menanggapinya, dengan kesabaran yang luar biasa.
“Sepertinya, mereka mengharapkanku agar menjadi juara. Kalau
aku tak menjadi juara, mereka pasti akan kecewa. Oh ya Allah berikanlah jalan
yang tepat untukku…” Malam itu, Vanny memandangi langit yang dipenuhi bintang
kerlap kerlip, ia tersenyum membaca doa tidur dan tersenyum.
“Medali perunggu … Bla bla bla yang mendapat medali emas bla
bla bla bla bla bla bla bla…” MC hanya berbicara panjang lebar menatap sebuah kertas
sampai akhirnya terdengar nama Vania Sarasati, nama panjang Vanny. Tak peduli
ia mendapat medali apa, ia langsung maju ke depan panggung.
Perasaan bangga dan haru ada di hati Vanny, ia berhasil
mendapat medali emas dengan nilai tertinggi. Tak sia-sia perjuangannya bisa
mendapat juara selama ini. Sudah 2 tahun ia belajar bersungguh-sungguh hanya
karena itu. Semua bersorak riang menyelamati Vanny. Semua bertepuk tangan
dengan meriah tersenyum bangga. Vanny hanya bisa diam dan tersenyum, saat
pulang Vanny disambut banyak orang. Seperti di sana, semua menyelamati satu per
satu Vanny tanggapi dengan diam.
Penulis: Tita Larasati Tjoa
2. Cerpen Jadilah Seperti Si Kelinci
Cerpen Jadilah Seperti Si Kelinci
Dahulu kala, di hutan yang jauh dari kehidupan manusia,
hiduplah beberapa hewan. Dimana mereka saling membutuhkan satu sama lain,
saling bekerja sama, dan mereka menganggap seperti keluarga walaupun berbeda
jenis. Elin, adalah seekor kelinci betina. Ia sudah tidak memiliki orangtua
sewaktu dia menatap dunia ini, tak ada yang tahu ke mana orangtuanya pergi,
apakah mati? Entahlah. Bahkan dia tidak tahu orangtuanya siapa.
Elin adalah sosok yang sangat baik, suka menolong, dan
ramah. Setiap hewan yang ingin meminta bantuan kepadanya, ia tidak sungkan
untuk membantu. Tetapi, takdir kehidupan tidak sesuai dengan kebaikannya. Elin
memiliki salah satu kaki yang tidak sempurna seperti kelinci pada umumnya.
Dulu, saat dia masih teramat kecil, ia pernah tertangkap oleh pemburu, saat itu
kakinya yang satu dipotong si pemburu karena dia ingin dimasak. Semudah
membalikkan telapak tangan, Tuhan memang baik dan amat sangat baik. Elin sempat
melarikan diri saat pemburu tersebut pergi meninggalkannya sebentar untuk
mengambil sesuatu, dan Elin memanfaatkan waktu itu untuk melarikan diri,
kakinya yang satu pada saat itu bercucuran darah, dan dia lari ke tempat yang
aman sekuat tenaganya walaupun dalam keadaan sakit. Haha, kelinci kecil yang
hebat.
Tak jarang, jika ada beberapa hewan yang iseng dan suka
mengejek, Elin terkadang mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan itu. Elin
selalu sedih, jika ada hewan yang menghina dan mengejeknya. Tetapi itu bukan
salah satu alasan untuk Elin berhenti menjalani hidup ini, karena menurut Elin
kekurangan adalah semangat hidupnya. Dan dia tidak mempedulikan apa kata hewan
lain tentang kekurangannya. Tono, seekor tupai jantan. Tono adalah salah satu
hewan yang suka sekali mengejek, menghina, bahkan suka usil kepada Elin.
Walaupun begitu, kebaikan Elin kepada Tono tidak pernah luntur. Di saat Tono
mengejek atau usil kepadanya, Elin hanya diam. Dan di saat Tono meminta bantuan
ke Elin, Elin selalu membantu. Pada suatu hari, Tono sedang duduk di bawah
pohon di sekitar sungai dan ia merasa bosan, karena tidak ada hal yang asyik
untuk dilakukannya. Tiba-tiba, ia melihat Elin dari kejauhan, timbul pikiran
jahat si Tono untuk mengerjai si Elin, dan Tono mulai menyusun akal bulusnya.
“Aaaaa.. Nnggg… Hikss hikss.. hmm..” Tono menangis dengan
sangat kencang, terdengar oleh si Elin, dan Elin menghampirinya.
“Hei Tono, kenapa kau bersedih?” tanya Elin, penasaran.
“Ngg.. Hikss.. Bis.. sa kah k..kau me..membantuku Elin?”
ucap Tono sambil menangis.
“Ya! Tentu saja. Kau mau aku bantu apa?” ucap Elin.
“Bi-bisa kah k..kau meng..ambilkan bajuku y-yang ja tuh
di..p-pinggiran sungai i-itu? Aku takuut a.. air,” jawab Tono dengan raut muka
yang sedih.
“Tapi kan, danau itu penuh dengan buaya? Bagaimana bisa aku
turun ke sana?”
“Kau tak bi..sa membantuku? I.. itu.. adalah baju pemberian
Ibuku.” jawab Tono. Tangisan Tono sekarang semakin kencang, meyakinkan Elin
supaya Elin kasihan kepadanya. Elin pun masuk ke perangkap Tono.
“Hmm, baiklah. Akan aku ambilkan bajumu. Aku akan turun ke bawah,
tunggu sebentar ya!” ucap Elin, Elin tak kuasa melihat kesedihan Tono dan dia
pun turun ke bawah untuk mengambilkan baju Tono yang jatuh di pinggiran sungai,
walaupun Elin tahu di sungai itu banyak sekali buaya-buaya ganas yang sedang
lapar, tetapi Elin seakan tidak mempedulikan bahaya yang akan mengancam
dirinya. Tono pun tertawa jahat.
Saat Elin sudah berada di bawah pinggiran sungai, dia sedang
berusaha untuk mengambil baju milik Tono yang saat itu bajunya sangat jauh dari
jangkauan tangan Elin. Dari belakang, Tono diam-diam menghampiri Elin, dan tak
lama.. Byuuaarr!!?! Tono mendorong Elin ke sungai, Tono tertawa jahat seakan
tidak merasa berdosa. Sementara itu Elin yang berteriak minta tolong, terdengar
oleh hewan-hewan yang lain. Kemudian, datanglah beberapa buaya ganas yang
sedang lapar ke permukaan sungai dan semakin mendekati Elin. Tono yang melihat
buaya itu, berharap Elin akan dimakan oleh si buaya. Tak sesuai dengan harapan,
buaya tersebut malah menyelamatkan Elin dan buaya lainnya menangkap si Tono.
Tak lama kemudian, datanglah beberapa hewan yang mendengar teriakan Elin tadi,
yaitu gajah, jerapah, harimau, sapi, dan monyet. Mereka adalah sahabat baiknya
si Elin.
“Elin.. Apakah kau baik-baik saja?” tanya sapi.
“Y.. ya, aku baik-baik saja,” jawab Elin.
“Hei Tono, kau kira kami akan memakan Elin? Hahaha,
engkaulah yang akan kami makan,” jawab si buaya.
“Hei, ampunilah aku. Aku memang bersalah. Tolooong, jangan
makan aku buaya! Elin, bilang kepadanya, selamatkan aku!” ucap Tono.
Elin yang melihat Tono, merasa kasihan.
“Hei buaya, lepaskanlah dia,” ucap Elin.
“Tapi dia sudah mencelakaimu!” ucap buaya.
“Tidak apa, kejahatan jangan dibalas dengan kejahatan,”
jawab Elin sambil tersenyum.
“Terima kasih Elin atas kebaikanmu, aku tidak akan
mengulanginya, aku janji,” ucap Tono.
“Iya, baiklah. Baguslah kalau memang begitu.” jawab Elin.
Dan mereka pun sekarang hidup tenang dan damai.
SELESAI
Penulis: Zilvani Aprianti
3. Cerpen Si Pahit Lidah (Rawa Batu Menangis)
Cerpen Si Pahit Lidah (Rawa Batu Menangis)
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang Raja dengan
Permaisuri-nya yang dikaruniai seorang putri yang sangat cantik nan anggun,
rambutnya selalu terurai hitam panjang, sang Putri sangat suka mengenakan bando
dari rangkain bunga. Setiap hari ia selalu membuatnya sendiri terkadang pula
ketika sang Putri sedang sibuk, dayang-dayangnya yang merangkaikan bunga-bunga
itu menjadi bando.
Pada suatu hari sang Putri mendengar kabar tentang seorang
Ratu di negeri seberang yang melangsungkan acara pernikahannya dengan
mengenakan rangkaian bunga teratai ungu yang dipadukan dengan bunga anggrek
ungu yang dikenakan di kepalanya. Sang putri pun tertarik dengan rangkaian
bunga Ratu di negeri seberang itu. Raja yang selalu memanjakan putrinya itu pun
tak kuasa menolak permintaan putri tunggalnya itu. Raja pun dengan sendirinya
datang ke negeri seberang menemui sang Ratu yang baru kemarin melangsungkan
pernikahan itu. Sayangnya sang Ratu menolak memberikan rangkaian bunga itu
meskipun Raja bersedia membayar berapa pun yang Ratu minta.
“Maafkan saya Raja, saya tahu putrimu sangat suka dengan
rangkain bunga, seperti apa pun rangkain bunga yang putrimu minta akan ku
berikan khusus padanya. Tapi tidak untuk yang satu ini,” ujar Ratu. “Saya bisa
mengerti, lagi pula rangkaian bunga itu yang engkau kenakan di pernikahanmu
tentunya sangat berharga bagimu,” jawab Raja.
“Selain karena itu, engkau tentu tahu bunga-bunga ini sangat
sulit didapat. Aku pun mendapatkan dari seorang pengembara, ia datang kemari 3
hari sebelum pernikahanku. Dia kelaparan, aku memberinya sedikit makanan dan
bekal untuknya kembali mengembara, namun ia kembali datang ke istana pada dini
hari di hari pernikahanku, ia memberiku rangkaian bunga ini dan berpesan ini
khusus untukku.” ucap Ratu.
“Siapa pengembara itu?” tanya Raja.
“Dia tidak menyebutkan namanya, tapi yang ku tahu ia punya
sembrani, tentu raja tahu bukan, tidak sembarang orang bisa mengendalikan
sembrani,” ujar Ratu.
“Baiklah Ratu terima kasih, maaf telah mengganggu,” ucap
Raja.
Raja pun kembali ke istananya dan menyampaikan kepada sang
Putri apa yang Ratu katakan, namun sang putri tetap tidak mau tahu ia hanya mau
rangkaian bunga itu. Permaisuri pun mengusulkan agar mengadakan sayembara
dengan imbalan akan dikabulkan satu permintaan sang pemenang sayembara. Raja
pun menyetujuinya dan yang akan menilai rangkaian bunga itu adalah sang Putri
sendiri. Hingga 3 bulan, belum ada seorang pun yang memenangkan sayembara itu.
Sang Putri pun murung dan tak mau makan. Hingga suatu hari datang seorang
pengembara dengan menuntun kuda sembraninya ke istana. Ia seorang pemuda tampan
dengan pedang di punggungnya, ia menjadi pusat perhatian. Sang Raja pun
mempersilahkan si pengembara itu memasuki istananya, Raja menjamunya dengan
baik.
Sang Pengembara pun menjelaskan maksud kedatangannya untuk
mengikuti sayembara. Raja pun memanggil sang Putri yang mengurung diri di
kamar. Sang Pengembara pun tercengang melihat sang Putri yang sedang melangkah
menghampirinya di salembo. Sejenak sang Putri melirik ke arah sang Pengembara
yang sedari tadi duduk menatapnya. Raja pun menyampaikan pada sang Putri maksud
ia memanggilnya.
“Benarkah Ayah, mana bunga itu?” tanya Putri.
“Kau tanyakanlah sendiri pada pemuda yang ada di hadapanmu
sekarang putriku,” ujar Raja.
“Tuan, mana bungamu?” tanya Putri.
“Sesuai janjimu kan putri, kau akan mengabulkan satu
permintaan bagi pemenang sayembara,” ucap Pengembara.
“Tentu saja tuan pengembara.” jawab Putri. Sang Pengembara
pun memberikan rangkaian bunga yang bahkan lebih indah dari bunga milik sang
Ratu di negeri seberang itu. Sang Putri pun langsung menerima bunga itu.
Wajahnya nampak semakin cantik dengan rangkaian bunga itu yang langsung ia
kenakan di kepalanya.
“Ini indah sekali, bahkan lebih indah dari milik sang Ratu,”
ujar Putri.
“Ini lebih dari istimewa untukmu tuan Putri,” jawab
Pengembara.
“Apa permintaanmu tuan?” tanya Putri.
“Aku ingin meminangmu tuan Putri,” jawab Pengembara.
“Apa?! lancang sekali kau, kau pikir kau siapa beraninya
meminangku?” ucap Putri.
Mendengar kalimat sang Putri, si pengembara pun mulai agak
marah, sang penasihat yang melihat raut wajah sang pengembara dari sebwrang
salembo pun segera menghampiri Raja dan Permaisuri dan membisikkan sesuatu
tentang si pengembara itu.
“Putriku, kau tidak boleh seperti itu,” ucap Permaisuri.
“Kau harus menepati janjimu, itu permintaannya, ayolah
putriku,” bujuk Raja.
“Tidak Ayahanda, Ibunda, aku tidak mau menikah dengan kaum
seperti dia, menjijikkan!” ucap Putri.
“Tajam sekali ucapanmu Putri, sombong!” ucap pengembara.
“Putriku, jangan buat dia marah!” ucap Permaisuri. “Harusnya
kau sadar diri, kau bukan pangeran ataupun keluarga dari bangsawan sedangkan
aku? aku adalah sang putri!” ujar Putri.
“Wajahmu cantik putri, tapi sayang ucapanmu tajam seperti
duri, hatimu pun sekeras batu, kau tak mau peduli dengan kaum sepertiku. Kau
tak pantas menjadi pemimpin negeri ini.” ucap Pengembara. Sang Putri pun hanya
memalingkan wajah. “Dasar batu!” ucap Pengembara. Sang Pengembara pun berlalu
pergi, tiba-tiba cuaca menjadi sangat mendung, petir pun menggelegar habat dan
sang Putri perlahan tubuhnya mulai tidak bisa digerakan dan membatu.
“Ayahanda, ibunda… apa yang terjadi padaku?” ucap Putri.
“Putriku..” ucap Raja dan Permaisuri.
Sang putri akhirnya berubah menjadi patung batu akibat
kutukan si pengembara itu. Patung tuan Putri itu selalu mengeluarkan air dari
matanya seperti seseorang yang menangis. Halaman di sekitar salembo pun menjadi
banjir dan rangkaian bunga yang dikenakan sang Putri tumbuh subur semakin banyak.
Karena volume air semakin banyak akhirnya menjelma menjadi rawa dan dijuluki,
“Rawa Batu Menangis”
Penulis: Nabilah
4. Cerpen Petualangan Fantastis
Cerpen Petualangan Fantastis
Jakarta, 11 november 2011. Aku rona aku hanyalah anak
berkacamata berumur 14 tahun. Tahun ini, keluarga aku memutuskan untuk pergi
liburan ke luar kota, tetapi keluarga aku belum memutuskan untuk pergi ke mana.
Saat ayah mencari destinasi liburan di internet, ayah menemukan destinasi
liburan yang tepat yaitu, di sebuah pulau di daerah lombok yang memiliki hutan
lebat, flora fauna yang cantik-cantik dan indah-indah. Keluarga aku memutuskan
untuk liburan di sana. Di sana kami menginap di resort di pulau itu, kira ku
pulau itu kecil tapi pulau itu besar sekali. Keesokan harinya saat pagi hari,
hari pertama saat liburan, kami memutuskan untuk pergi ke pantai. Sesampai di
pantai itu banyak anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, remaja-remaja bermain-main
sangat ceria. Tapi aku sangat malas untuk bermain-main di pantai akhirnya aku
memutuskan untuk berjalan-jalan di daerah sekitar.
“Jangan jauh-jauh ya Nak,” kata ibuku.
Aku berkata, “Oke Bu.”
Ternyata berjalan-jalan di sekitar pantai enak juga
menikmati hembusan angin yang sejuk, burung berkicau-kicau dengan ceria sungguh
nikmat. Sampai akhirnya suasana itu berakhir sesampai aku melihat sebuah pintu
yang besar menutupi sebuah gua. Pintu itu dipaku tiga batang kayu dan pintu itu
bertulis, “Dilarang masuk!” kata-kata itu membuat hatiku penasaran hingga
akhirnya aku membuka kayu-kayu itu dan pintunya.
Saat aku masuk aku menemukan tulang belulang hewan-hewan
besar seperti tulang dinosaurus aku juga menemukan tulang harimau besar dengan
taring yang besar dalam benakku aku berkata, “Wah tulang ini seperti tulang
harimau saber tooth!” akhirnya gua itu berakhir dengan sebuah tombol merah, aku
penasaran dan akhirnya keluarlah sebuah portal yang menghisapku untuk masuk,
aku ketakutan histeris dan akhirnya aku masuk ke portal itu sambil berteriak,
“Aaaaaa!!!” bukkk aku terjatuh dan pingsan.
Aku terbangun dengan kepala yang sakit sangat pusing sangat
pusing! Mataku berbayang bayang saat ingin melihat daerah sekitar ternyata aku
terjatuh di daerah yang luas, ternyata aku melihat dinosaurus yang sangat
besar, untungnya itu dinousauarus herbivora tapi aku kira ini mimpi.
Berkali-kali aku mencubit diriku sendiri tetapi ini asli! Aku sangat terkagum
menjadi manusia yang pertama melihat dinosaurus hidup, sambil berjalan jalan
aku menemukan satu manusia tetapi dia berbeda. Dia menggunakan baju seperti
baju orang zaman batu aku merasa penasaran akhirnya aku menyapanya.
“Hai nama aku Rona aku berumur 14 tahun bolehkah aku
bertanya?”
Manusia itu berkata. “Hai namaku Zuka aku berumur 13 tahun,
apa yang ingin kau tanyakan?”
Aku berkata, “Begini, di mana aku sekarang dan tanggal
berapa sekarang?”
“Oh, kau ada di fentersland dan sekarang tahun 1245
(1.000.000 sm)”
“Wah, ajaib sekali aku dari indonesia dan aku dari tahun
2011 sesudah masehi.”
“Oh kamu pasti datang dari portal, maukah kamu aku antarkan
pulang? Sambil mengenali hewan dan dinosaurus pada tahun ini!”
“Tentu saja!”
Kami berjalan bersama sambil mengamati hewan dan dinosaurus
sekitar Zuka berkata.
“Ini sabertooth tiger dia berukuran 3-4 meter dan berbobot
sebesar 90 kg hewan ini adalah hewan predator besar hewan ini adalah hewan
karnivora,”
“Wahh! buas dan besar sekali kita harus berhati-hati jika
ingin mengamati hewan ini kalau tidak bisa kita jadi mangsanya!”
Hmm, betul juga kita tidak boleh terlalu dekat! oke lanjut
ke hewan yang lain!”
“Oke.” sambil berjalan kami menemukan dinosaurus paralititan
yang sangat besar sedang minum air.
“Ini dinosaurus paralititan panjang dinosarus ini 28 meter
dan berat 1 ton lebih dinosaurus ini dijuluki si leher panjang karena lehernya
sangat panjang!”
“Wahh, besar sekali.”
“Betul sekali ayo kita lanjutkan petualangan kita,”
“Ayo.”
Saat kami berjalan aku merasa kelaparan perutku bersuara.
Zuka berkata, “Kamu lapar?”
Aku berkata, “Iya.”
“Oke ayo kita cari makan.”
“Ayo.”
Zuka langsung melihat seekor rusa yang sedang makan rumput,
Zuka mengeluarkan panah dan anak panahnya, menetapkan anak panah di panah.
Tanpa basa-basi dia langsung menembak anak panahnya ke rusa. Rusa itu perlahan
mati. Hari mulai malam kami memutuskan untuk bermalam di gua sambil makan
daging bakar rusa. Keesokan paginya kami pergi melintas ke arah sungai. Kami
menemukan stomatosuchus sedang berenang.
“Hati-hati dinosaurus itu termasuk predator besar di air
jangan terkalu dekat dia bisa memangsa kita.”
“Oke aku mengerti, tapi dinosaurus itu seperti buaya besar.”
“Iya dinosaurus itu berkerabat dengan buaya oleh sebab itu
mereka sangat mirip.” kami berjalan menelusuri sungai hingga bertemu lahan
luas.
“Tunggu sepertinya aku mendengar suatu. Itu kumpulan rugops
sedang berlari!! Lari atau kita terseruduk!!!” kami berlari terengah-engah,
tapi kerumunan itu terlalu padat sehingga Zuka terseruduk hingga terlempar ke
sungai yang deras.
Aku berkata, “Zukaaaaa.” aku langsung berlari dan loncat ke
sungai itu untuk menyelamatkan Zuka untungnya aku bisa berenang. “Zuka! Zuka
apa kau baik-baik saja?”
Zuka berkata, “Ya aku baik-baik saja, terima kasih sudah
menyelamatkanku.”
“Iya sama-sama.”
Kami berjalanan bersama, kami menemukan sekelompok alanqa
terbang. “Itu reptil terbang alanqa panjangnya 4 meter, aku kurang tah beratnya
sih.”
Aku berkata, “Tidak apa itu sudah memberi informasi
terhadapku.”
“Ok. Terima kasih.”
“Tak perlu berterima kasih.”
Sampai akhirnya kami menemukan gua. Di dalam gua itu ada
tombol merah untukku pulang. Zuka berkata, “Ini jalanmu pulang Rona..”
“Terima kasih Zuka telah menuntunku untuk pulang dan
mengenaliku tentang dinosaurus dan hewan-hewan, aku akan selalu mengingatmu
Zuka, selamat tinggal Zuka.”
Zuka berkata, “Terima kasih aku juga akan selalu mengingatmu
daaahh.”
“Daahh.” aku masuk ke portal dan jatuh di lokasi yang sama
aku masuk, aku ke luar dari gua itu dan hari sudah sore, aku kembali ke resort
di mana aku menetap. Dan petualangan itu berakhir seru.
Penulis: M. Rifan Ikl
5. Cerpen Tentang Sampah
Cerpen Tentang Sampah
“Felly! Lo yakin kita bakalan menciptakan yang begituan?
Bukannya temanya flora sama fauna?” tanya Bram yang masih menentang pikiran
Felly tentang rancangan baju yang akan mereka garap untuk acara Fhasion Show
minggu depan. Menyambut hari jadi kota mereka.
“Tahu, nih! Bukannya itu terlalu menghina jika mereka tahu
bahan yang kita buat, Fel!” lanjut Riska yang masih terus berpikir tentang otak
Felly yang aneh saat ini.
“Nggak biasanya lo berpikiran rendah seperti ini, Fel!
Lagian, lo juga dari mana sih dapet ide begituan?! Kalau lo kena penjara,
jangan bawa-bawa nama kita yah, Fel!” lirik Billy sinis.
“Guys, mereka kan tidak membatasi ide yang kita keluarkan!
Lagi pula, mereka juga bakalan suka dengan design kita kalau itu benar-benar
bagus! Dan, gue yakin itu!”
“Tapi! Ide lo gila Felly! Gue tahu lo adalah anak yang
paling baik dalam mendesign baju dibandingkan dengan anak-anak remaja di
sekolah ini yang mempunyai kemampuan dalam bidang yang sama. Tapi, apa nggak
salah kalau lo bakalan menggunakan sampah untuk bahan pokok dan dasar dari
design baju kita?! Terlalu rendahan Felly! Mereka semua memakai bahan kain
sutra dan juga pernak-pernik yang mewah! Sedangkan lo? Lo pakai sampah dan kain
perca batik! Percuma model kita bagus kalau pakaiannya nggak bagus!” jawab
Riska.
“Oke. Gue berani nantangin kalian kalau design gue bakalan
jadi yang terbaik! Toh, model kita juga berdarah luar. Lo, tahu kan kalau
Larissa berturunan Spanyol. Dia nggak akan malu kalau sedikit membuka pahanya
yang mulus dengan gaun ekor panjang dan juga mahkota yang indah. Toh, sandalnya
nggak akan polos dengan pernak-pernik itu aja. Gua bakalan menambah
pernak-pernik yang akan membuat kakinya lebih anggun dan terlihat seksi.
Apalagi, kakinya dia jenjang. Percuma kalau nggak dimanfaatin!”
“Oke, gue akan terima dengan design lo! Tapi, jangan suruh
gue untuk belanja bahannya di toko yang telah ditentukan oleh sekolah ini.
Malu, Fel kalau ketemu dengan anak desainer kelas lain. Billy aja yang
berangkat!” ucap Bram.
“Siapa juga yang bakalan nyuruh lo! Emang lo aja yang
bakalan belanja bahan-bahannya? Kita semua kali yang bakalan belanja
bahan-bahannya!”
Mereka semua melolot dengan raut wajah memelas. Akan tetapi,
Felly tidak mempedulikan mereka semua. Melangkah meninggalkan ruangan bengkel
tempat mereka mengerjakan baju itu. Apa boleh buat setelah mereka mendapatkan
campakan dari Felly. Mereka membuntuti Felly dari belakang. Menjalankan roda
mobil mereka untuk ke toko yang sudah ditentukan dan membeli pernak-pernik yang
mereka butuhkan. Sesampainya di sana, ia mendapatkan pemandangan yang sangat
eksotis saat desainer saingannya menghampirinya dengan manyakan design
miliknya. Tanpa rasa malu, Felly menjawabnya dengan tegas dan percaya diri. Hal
tersebut membuat mereka tertawa.
Bagi mereka, Felly yang saat ini ada di depan mereka
bukanlah Felly yang mereka hadapi. Mereka mengenal Felly dengan design-design
yang glamour dan eksotis. Tentunya, dengan bahan-bahan yang sesuai dengan
namanya. Glamour. Harganya pun tidak diragukan untuk menjual satu mobil. Hanya
untuk bahan. Belum perlengkapan. Setelah Felly berbelanja, ia menjalankan roda
mobilnya ke arah butik mamanya. Mencari kain perca yang ia cari. Yah… kain
batik. Berbagai kain batik telah diproduksi oleh butik mamanya untuk berbagai
gaun yang mereka ciptakan sendiri. Banyak pegawai yang menanyakan hal tersebut
kepada Felly. Karena, bagi pegawai mamanya, Felly tidak pernah datang untuk
memungut sampah dari butik itu. Melainkan mencari data kain termahal yang biasa
digunakan oleh butik mamanya.
Sedangkan, sekarang sebaliknya. Felly memakai kain batik
yang digunakan untuk selipan hiasan gaun saja. Bahkan, Felly memesan ke toko
butik mamanya untuk mendatangkan kain perca dari cabang butik mamanya dalam
beberapa hari. Tentunya, pegawai mereka menuruti permintaan anak majikannya
itu. Sedangkan Bram, Billy dan Riska, mencemaskan design Felly. Mereka takut
akan memalukan timnya. Mengingat, namanya yang telah berulang kali terbit di
media massa. Serta, design mereka yang berulang kali dicari oleh orang kalangan
atas untuk diganti dengan uang. Sesampainya mereka dari perjalanan membeli
bahan-bahan yang mereka butuhkan, mereka mulai membuat designnya menjadi benda
nyata yang dapat dipakai oleh sang modelnya. Dalam artian lain, mewujudkan
sketsa mereka.
Billy menggarap untuk sandalnya. Ia memulai dengan menata
burcinya dalam selipan benang yang telah terikat dengan jarumnya. Bram, masih
memikirkan mahkota yang tepat bersama Riska. Tentunya, dengan berbagai
perdebatan dari keduanya. Akan tetapi, tetap menjadi satu ide pokok untuk
mewujudkan hasil perdebatan mereka berdua. Tentunya, dengan pendapat Felly dan
Billy. Felly, tidak hanya diam dengan memperhatikan rekan-rekannya bekerja, ia
mulai membentuk bunga mawar dari limbah plastik yang ia kumpulkan dari sampah dan
mencucinya hingga bersih. Menjahitnya dengan sematan renda emas di sampingnya.
Nuansa full colour yang ada dalam bunga plastiknya akan memperindah gaunnya
yang penuh bunga dengan batik yang glamour.
“Felly, ada yang kurang bahannya!” seru Bram di tengah ia
mulai membentuk pola mahkotanya.
“Apaan?” tanya Felly tanpa menoleh ke arah Bram.
“Lihat gue, dodol!” Felly pun menoleh dan menghentikan mesin
jahitnya.
“Nih, lihat sketsa gue sama Riska! Kita butuh bulu berwarna
untuk menghias sampingnya. Tentor utara yang ada di samping telinga akan gue
kasih warna merah dan biru dengan paduan emas. Untuk pasangan atasnya, gue
kasih bulu dengan bentuk helaian daun. Menyematkan burci di sana dengan bunga
mawar yang lo contohkan. Sehingga, bisa serasi dengan bajunya.”
“Mana ada bulu berwarna-warni?” sela Billy di tengah ia
mengggarap tugasnya.
“Makanya itu, Bil. Itulah kendalanya.”
“Tinggal ganti design lain aja!”
“Enak aja lo, tinggal bilang begitu! Nggak! Gue nggak mau
terima tentang begituan! Lo pikir cari ide nggak susah apa? Gue aja ampe debat
sama Riska!”
“Iya, iya. Terserah lo, deh! Emang, mau cari bulu di mana?
Warna-warni pula! Nyabut bulu bebek dari peternak bebek?! Belum sampai dicabut,
lo bakalan kalang kabut sama mulutnya tuh bebek!”
“Makanya itu, bantuin pecahin masalahnya kenapa?! Lo jangan
ribut sama tuh sandal! Entar kalau mahkotanya nggak jadi gimana? Kita bakalan
pakai jepit biasa? Atau cuma menghias dengan model rambut?! Nggak etis man!”
“Lo punya ide nggak, Fel?” tanya Riska setelah muak
mendengar ocehan kedua teman laki-lakinya. Felly hanya terdiam. Ia sibuk dengan
pikirannya sendiri. Menerawang entah ke mana. Namun, Bram menyadarkannya dengan
getakan dan juga sentuhan senggol ke lengan Felly yang tengah bersedekap di
depan dadanya.
“Lo kenapa, hah?” tanya Bram. Felly menoleh. Lalu,
menggeleng.
“Butik mama lo, kira-kira ada nggak, Fel?” tanya Billy.
Felly hanya mengangkat bahunya. Ia tetap memandang benda mentah yang belum jadi
yang ada di depannya dengan pikiran yang serius.
“Mungkin ada. Tapi, tidak bulu yang hewan. Melainkan, bulu
baju yang biasa digunakan oleh orang luar saat musim dingin selain jaket dan
sarung tangan.”
“Bukan, Fel. Gue butuh yang hewan.”
“Rok rame dengan remblehan gaun belakang,” gumam Felly
mengelus dagunya frustasi.
“Mahkotanya, kita ganti gimana?” tanya Billy.
“Jangan, gue akan usahakan cari bulunya!” ucap Felly
meninggalkan mereka dan kembali berkutat dengan pekerjaannya.
“Oh, ya Bil! Buatin kalungnya yah…” lanjut Felly setelah ia
mengingat sesuatu yang kurang.
“Kalung tempel?”
“Yah.. kreasikan sendiri dengan burci lo dan juga bunga yang
gue buat.”
Billy pun menghempaskan tubuhnya ke kursi kerjanya.
Mendengus napas beratnya dan mengacak rambutnya frustasi. Bram dan Riska
tertawa tertahan melihat tingkah Billy. Sedangkan, Felly tenggelam dalam
imajinasi pikirannya. 5 jam mereka mengerjakan designnya. Saat jam pulang,
Felly masih menyegel teman-temannya untuk mengerjakan tugasnya. Banyak beberapa
bagian yang sedikit dirubah. Kebiasaan Felly. Kerja keras tanpa mengenal waktu.
Terkadang, Felly membiarkan temannya kelaparan di jam makan mereka. Dan hal
tersebut berlalu selama 5 hari. Hingga akhirnya, saat sentuhan terakhir hampir
selesai, mereka dikagetkan oleh kabar yang telah didengar oleh Bram. Yah..
temanya adalah fauna dan flora. Mereka tidak memberikan sentuhan tentang itu.
Mereka hanya menggunakan bahan fauna. Bukan seperti fauna.
Mengubah mahkota mereka? Tidak mungkin. Waktu mengerjakannya akan lama jika
menginginkan hasil yang sempurna. Mereka semua kalang kabut dengan kabar itu.
Wajah cemas dan bingung merayap di wajah mereka. Akan tetapi, Felly bersikap
tenang dan datar dengan pikiran yang begitu serius. Seakan, pikirannya semakin
memanas untuk mencocokkan gaun dan perlengkapannya. Felly berjalan ke arah meja
besar. Meja yang biasa mereka gunakan untuk menyusun sketsa. Dan… di sanalah
ide Felly muncul. Sayap. Yah.. sayap elang yang terbuka lebar. Dengan warna
cokelat yang berpadu putih. Kemucing. Yah.. itulah bahan dasarnya.
Bram pun mulai menggambarnya dengan tangan grafitinya.
Sedangkan Billy, ke luar membeli bahan yang dibutuhkan. Riska dan Felly
membantu Bram untuk mewujudkan hal tersebut. Bulu mahkota. Sampai sekarang,
mereka belum menemukan bulu tersebut. Mereka terus berpikir tentang bulu itu.
Hingga akhirnya, mereka menemukan solusinya. Yah… mereka menggunakan bahan
kemucing. Mencelupkannya dalam cat, mengeringkannya satu per satu. Kerena,
mereka berpikir. Apabila mereka menggunakan bulu yang sama dengan sayapnya,
gaun tersebut akan bernuansa mati karena warna yang sama. Sedangkan, gaun yang
akan digunakan oleh sang model berwarna color full. Bagaimana tidak, hal
tersebut memiliki kendala tersendiri bagi mereka. Sehingga, mereka harus
bekerja lebih ekstra dari sebelumnya.
Banyak desainer lain yang menertawakan mereka kerena
terlihat kuno saat melihat sematan batiknya. Akan tetapi, mereka belum melihat
keseluruhan gaun ciptaan mereka. Felly bersumpah akan kemenangannya. Baginya,
gaun ini adalah gaun inovasi pertama bagi Felly. Dalam artian, untuk pertama
kalinya Felly menciptakan gaun dari sampah.
Dua hari telah mereka lalui dengan kerja super gila. Hingga
tiba saatnya, Larissa berdiri di atas panggung dengan busana paling berbeda.
Dengan sentuhan make-up yang membuat matanya tajam serta lipstik merah dengan
polesan bentuk di bibirnya, menambah seksi bibirnya. Jalan lurusnya, tegakan
dagunya, serta goyangan berbaliknya sama dengan yang Felly ajarkan tanpa ada
kesalahan dan merusak pesona ekor gaunnya.
Kalung tempel yang dibuat oleh Billy dengan bahan dasar kain
perca dan juga sedikit sentuhan pernak-perniknya, membuat segalanya terlihat
sempurna. Saat Larissa telah menampilkan show gaun mereka, pengumuman akan gaun
terbaik terlontar. Terdengar jantung mereka berdegup kencang. Berteriak dengan
rasa takut dan cemas. Begitu pun dengan Larissa. Copot!!! Jantung mereka terasa
copot saat Felly membelalakkan matanya. Kaget dan teguncang saat mahkota
penghargaan beserta dengan piala dan bingkisan bunga berada dalam genggamannya.
Billy dan Bram menghela napas lega. Sedangkan Riska berteriak gembira dengan
memeluk Felly histeris. Mereka merayakan kemenangan ini. Inovasi terbaru untuk
tim mereka.
Setelah mereka turun dari panggung, mereka menerima
wawancara dari beberapa media sosial yang berebut untuk mendapat jawaban dari
Felly tentang batik. Mulai dari kenapa? Mengapa? Bagaimana? Dan dari mana Felly
mendapatkan ide batik yang terkesan kuno berubah menjadi glamour saat berada di
tangan Felly. Felly hanya menjawab bahwa ia ingin mempertahankan warisan budaya
negaranya. Serta, melaksanakan pesan papanya yang telah meninggal. “Jagalah
negaramu, dan di sanalah kau menjaga hidupmu. Negaramu adalah napasmu.
Negaramu, adalah nyawamu. Dan negaramu adalah cintamu.”
Saat sesi wawancara telah selesai, Felly tengah ditunggu
oleh seseorang di ruang sesi pertemuan. Mereka mendapatkan tawaran untuk
desainer butiknya di luar negeri. Bahkan orang itu nekat memberikan kehidupan
layak di sana bila Felly mau menerima tawaran mereka untuk pergi ke luar negeri
setelah lulus SMA. Felly mendiskusikan dengan timnya. Dan, ia memutuskan untuk
pergi bersama-sama dengan teman-temannya. Dengan syarat, orang itu harus mau
menerima design Felly yang selalu tersemat batik di dalamnya tanpa
menghilangkan warisan budayanya. Orang itu setuju dan menandatangani kontrak
kerjanya dengan Felly yang berniat untuk mengenalkan batik pada dunia dan
menunjukkan keelokan negara Indonesia dengan baju rancangannya.
Penulis: Pratiwi Nur Zamzani
6. Cerpen Antara Bulpen, Aku dan Cinta
Cerpen Antara Bulpen, Aku dan Cinta
Bagiku hari ini adalah hari yang paling membahagian.
Bagaimana tidak, di hari pertama aku masuk sekolah, aku diajak kenalan oleh
seorang wanita. Sungguh aku malu sekali.
Aku tak bisa menolaknya, karena aku adalah anak pindahan
dari sekolah sebelah. Jujur, aku tidak pernah mempunyai teman wanita semenjak
SD.
Aku bingung harus bagaimana saat dia menjulurkan tangan dan
meberitahukan namanya sembari berkata “namaku Dewi, salam kenal”
Dengan polosnya aku juga mengenalkan diriku, Miqdad. Setelah
berjabat tangan dia langsung pergi dan tak memedulikanku. Tapi dengan diriku
sendiri, aku tidak bisa bergerak setelah jabatan itu terlepas. Tubuhku
gemetaran dan aku bingung mau berbuat apa.
Aku paksa kaki ini melangkah masuk kelas dan berusaha
berbuat sebiasa mungkin, jangan sampai kekonyolan terlihat banyak murit di
kelas. Bisa-bisa aku akan hanya menjadi bahan tertawaan.
Saat itu, bel berdering menandakan pelajaran pertama
dimulai. Aku duduk dibangku paling belakang, berharap tidak ada yang melihatku.
Aku masih belum terbiasa dengan murit-murit di sini.
Bu guru juga menyuruhku perkenalan di depan kelas. Aku
memperkenalkan diriku singkat dan bergegas menuju tempat dudukku lagi. Aku tak
begitu memedulikan sekitar, aku hanya menatap buku kosong dan berusaha tidak
melakukan hal yang membuat perhatian anak-anak menuju padaku.
Seketika itu bu guru membuka materinya dan aku pun melihat
ke depan. Tanpa ku sadari, setelah aku melirik sedikit bangku kiriku, ternyata
dia adalah wanita yang mengajakku kenalan tadi.
Aku semakin gemetaran, kenapa sih cewek ini kok bisa pas ada
di bangku paling belakang, di sampingku lagi. Kenapa dia gak duduk di depan
saja, kenapa pas ketika aku masuk di hari pertama. Gerutuku dalam hati.
Pas guru menyuruh kami untuk mencatat, aku pun merombak tas
ku dan mencari pena yang aku sudah siapkan. Aku merogok tas ku sampai terdalam,
ternyata bulpen yang telah aku siapkan dari tadi malam lupa aku masukan tas.
Akhirnya aku meminjam pulpen temanku laki-laki di bangku
sebelah.
“bro pinjem bulpen dong, aku lupa gak bawa nih”
“wah aku cuma punya satu” kata temenku.
Aku berusaha meminjam ke bangku depan. Ternyata dia juga gak
punya.
Malahan dia menyarankan untuk pinjam ke temen perempuan.
“itu tu pinjem Dewi aja, dia punya banyak bulpen.”
Whatt ..?, Sebetulnya hari ini kenapa sih, kenapa coba kok
pas banget. Ketemu sama cewek la, sebelahan la, sekarang aku harus pinjam
bulpen.
Karena terpaksa aku pinjam kepada cewek yang disebelahku,
pun juga aku seorang murit baru, aku tidak mau tiba-tiba dianggap murit yang
jelek karena tidak mencatat, dan yah aku bilang kepadanya,
“eh pinjem bulpen dong” kataku sambil malu-malu.
“ohh bulpen, bentar ya”
Dia mengeluarkan wadah pensilnya dari samping, dan kulihat
ada mungkin sepuluh bulben yang berbeda warna dan jenisnya. Wih banyak banget
nih anak bulpennya, kataku dalam hati.
Seketika itu tangannya menjulur memberi bulpen yang warna
pink, aku pun langsung menangkapnya. Lalu bilang padanya,
“kok pink yang lain kan ada, itu aja tuh yang hitam”
“oh gak suka ya, ya udah sini”
Dia mengambilnya kembali sambil memberikan yang baru yang
aku minta. Saat itu juga tangannya menjulur dan aku hendak mengambilnya lalu
tangannya kembali sambil mendekap bulpen tersebut.
“kalo ini jangan ah, kan ini pemberian ibu ku dari Malaysa.”
“ya udah yang lain saja” kataku.
Dia memberikan yang warna biru, aku pun hendak meraihnya.
Tapi lagi-lagi dia menggugurkan niatannya.
“ini juga jangan ah, ini juga susah belinya gak ada di sini”
Aku mulai kesal.
“yang ini aja” katanya.
Aku pun mengambilnya dengan sedikit malas, tapi sekali lagi,
dia memberi harapan palsu. Tanganku yang sudah ingin merainya dianya dengan
sergap mendekap pulpen yang hendak iya berikan.
Aku benar-benar kesal sekarang.
“aghh.. ya udah yang mana saja napa sih, ini sudah
ketinggalan jauh nulisnyaaa..”
Dia pun tertawa kecil seraya memberikan bulpen yang mana
saja dan aku sudah tak memperhatikan warna yang dia berikan. Aku pun segera
menulis ketinggalanku.
Sekilas, aku teringat kejadian itu di rumah. Di dalam kamar
yang sunyi sendiri ini, aku membanyangkan kejadian tadi pagi. Menurutku itu
adalah hal terindah sepanjang hidupku.
Kring .. Kring .. (Dering hp berbunyi)
Aku membuka sms dan membaca pesan tersebut. Di sana
bertuliskan
“Hai Miq, ini Dewi”
Haaaaaa …???
Ini ada apa sih, kenapa cobak kok bisaaa …
Dia tahu nomerku dari mana, kita tak membicarakan tentang
nomer tadi pagi, aku juga ngobrolnya nggak banyak sama dia. Kenapa sih dia
bikin degdegan terus, baru saja memikirkannya kok bisa-bisanya ada SMS langsung
dari dia.
Aku pun bingung dan tak membalasnya. Tapi tak lama setelah
itu, hp_ku berdering lagi.
“Datang ke sekolahan sekarang!”
Ya Tuhaann..
Ini cobaan macam apaaa??
Baru saja kenal, kok dia sok akrab begitu, apa salahku Ya
Tuhann..
Kenapa juga aku harus mempercayainya, bisa jadi itu nomer
nyasar. Kenapa juga aku harus menuruti perintahnya. Dia bukan siapa-siapaku,
mungkin teman tapi belum cukup akrab, kita juga baru kenal tadi pagi.
Tapi karena aku yang tak tega meninggalkan perempun sendiri
apa lagi malam seperti ini maka aku berangkat ke sekolahan. Kebetulan jarak
rumahku dengan sekolah tak terlalu jauh.
Datanglah aku dan mendapatinya sedang menunggu di depan pintu
kelas. Ada kursi panjang di sana dengan cahaya lampu jalan kuning
remang-remang. Sekolahku memang pinggir jalan dan dekat dengan rumah warga.
Aku menghampirinya.
“nih bukumu yang ketinggalan.” Kata dia.
“ohh iya makasih” jawabku dengan malu-mulu.
Aku bingung mau berkata apa, aku pun menjawab dengan ala
kadarnya. Ternyata aku baru paham dia mendapatkan nomerku dari buku milikku
yang ketinggalan.
“lain kali bawa bulpen, dan jangan sampai meninggalkan buku
di meja guru. Karena kau bisa menurunkan citra baiku sebagai ketua”
“hehe, iya maap” jawabku singkat.
Malam itu kita membicarakan banyak hal. Aku juga belajar
banyak darinya, dari apa saja yang harus aku persiapkan, aku harus membawa apa
saja, guru mana yang biasanya terlihat seram dan menjengkelkan dan lain
sebagainya.
Sejak hari itu aku dan Dewi menjadi teman akrab. Setiap hari
kita saling menghubungi lewat SMS dan kalian tau apa yang lebih membahagiakan?
Kami jadian setelah 2 bulan.
Penulis: Mas Kahfi
7. Cerpen Sahabat Baru
Cerpen Sahabat Baru
Aku adalah Andi anak yang baru pindah dari provinsi sebelah.
Sekarang aku tinggal di kota Lamongan. Aku tidak menyangka ternyata kota
Lamongan itu indah banget. Tempatnya yang asri, bukit yang menjulung, daerah
yang masih hijau, aku senang berada di sini.
Di setiap harinya, aku bisa melihat lautan yang luas. Jarang
sekali aku bisa main. Di tempat tinggalku dulu, aku bahkan hampir tidak pernah
mainan air. Aku bisa mainan air sama keluargaku jika waktu liburan dan mampir
di suatu wahana.
Kebetulan saat di sana, ada tetanggaku yang bernama Luqman.
Dia juga seumuranku, masih duduk di bangku kelas 3 SD.
Karena aku akan menetap di kota ini, maka aku juga harus
pindah sekolah. Nah kebetulan aku satu sekolahan sama Luqman, teman baruku.
Setiap hari aku berangkat sekolah bersama, pulang sekolah
juga. Kami sering bermain di pesisir pantai. Kami hanya membutuhkan waktu
beberapa menit untuk pergi di bibir pantai.
“Luqmaann ..” panggiku dari depan rumah temanku.
“Iya sebentar”
“ayok cepetan kita main”
“ayok .. ayok ..”
Hampir setiap hari libur kami menghabiskan waktu untuk
bermain air. Tentunya sudah izin dengan orang tua kami masing-masing.
Terkadang juga kami menonton film kartun bersama.
Pernah juga saat kita asik bermain di pantai, ada anak dari
teman kami sekelas datang kesana. Namanya Anton.
“Hai.. Antoonn” teriaku pada sedikit kejauhan
Dia pun menoleh, dan dia langsung menghampiri kami berdua.
“kalian sedang apa” kata Anton.
“kami sedang bermain air, sambil cari kerang ini” kata
Luqman.
“eh bagaimana kalau kita lomba lempar batu aja ke sana.
Siapa yang paling jauh maka itu pemenangnya.” Anton menjelaskan.
Kami pun saat itu ikut saran dari teman kami Anton,
mengambil bebatuan karang yang cukup untuk dilemparkan sejauh yang kami bisa.
Pertama aku yang menang, terus disusul oleh Anton lalu
Luqman. Permain itu sudah cukup menggembirakan buat kami. Menurut kami bahagia
itu sederhana, tinggal kitanya saja dapat bersyukur atau tidak.
Kami mengulang-ngulangi permainan itu sampai kami puas.
Kadang juga Anton duluan yang menang, kadang juga Luqman, kadang juga aku yang
paling akhir.
Itulah persahabatan kami yang sungguh menyenangkan. Semoga
kalian juga memiliki sahabat yang baik seperti teman-temanku.
-Tamat-
Contoh Cerpen Singkat Persahabatan #2
Penulis: Bang Qooid
Persahabatan yang Bermula dari Mangsa
Seorang murit sedang berada di tengah lapangan sedang
dikerumuni beberapa siswa yang lainya. Sungguh tidak tega melihat pemandangan
tersebut. Murit tersebut sedang dilempari buah kersen.
Dia tidak berdaya, dia hanya bisa diam saja tanpa melawan.
Saat itu waktu sore dan semua siswa dan guru sudah pulang. Tidak ada
siapa-siapa lagi disana, kecuali tiga siswa yang mengerumuni seorang murit
tersebut, dan aku.
Aku sendiri hanya bisa menontonnya, mereka bertiga dan aku
hanya sendirian. Ditambah lagi tiga anak nakal tersebut adalah teman sekelasku.
Bisa jadi bola sepak aku kalau berani sama mereka.
Anak tersebut adalah siswa junior. Dia baru masuk tahun ini,
sedangkan kami sudah dari dua tahun yang lalu.
Dia memakai kacamata tebal, dengan baju putih dan celana biru,
dengan bentuk rambut yang disisir lurus ke kiri, membawa tas yang dari tadi
dipegangi dengan kedua tangannya sambil berjongkok.
Anak-anak nakal itu memang senang mem-bully siswa baru.
Kebetulan sekolah kami dikelilingi banyak pohon kersen. Jadi cukup untuk
menyiksa siswa disekolah.
Baju putih yang dikenakannya membekas warna merah kekuningan
karena buah tersebut. Banyak dari buah kersen menempel di baju, rambur serta
tas milikinya.
Aku kasian melihatnya. Tapi apa boleh buat, tidak ada yang
berani melawan mereka. Siapa yang menantang salah satu dari mereka, siapa saja
itu, akan habis dikeroyoknnya.
Aku tetap memandangi dari kejauhan, meskipun mereka tau
asalkan aku tutup mulut tidak bilang ke siapa-siapa maka nasibku akan aman.
Setelah puas mereka pun pergi. Anak tersebut pun
membersihkan bajunya yang kotor. Mengebas-ngebas rambutnya, mengepakkan baju
dan celana, setelah itu dia berjalan pulang.
Setahuku, anak tersebut juga tidak memiliki teman, kecuali
sedikit. Dia lebih sering dijumpai pada tempat-tempat belajar, seperti
perpustakaan, kelas, dan labotarium. Meskipun tidak ada jam kelas, maupun guru
pembimbing, dia tetap pergi ke sana, walau hanya sekedar membaca buku.
Jarang sekali kakak kelas seperti kami berbicara dengannya,
bahkan temannya sendiri pun mungkin ada yang tidak mengenalnya. Dia telalu
pendiam.
Sampai suatu hari, salah seorang dari tiga anak temanku yang
pernah menyakitinya jatuh sakit. Aku yang masih lebih pantas dianggap temannya
datang untuk menjenguk.
Tapi kejadian itu sangat singkat, aku tidak bisa begitu
memperhatikannya. Ada seorang anak berkacamata datang menghampiri temanku yang
sedang berbaring di rumah sakit.
Tidak salah lagi, ini adalah anak yang pernah di bully
beberapa minggu yang lalu oleh temankku. Kenapa dia kesini? apa yang dia ingin
lakukan, toh juga orang yang berbaring adalah seseorang yang pernah
menyakitinya. Kenapa juga temanku mendapatkan simpati darinya.
Atau mungkin dia ingin berbuat jahat, dengan mengatainya
‘Kapok’ di depan mukanya. Dengan begitu dia pasti akan sangat puas, karena
seorang yang berbaring tersebut sedangn lemah dan tak berdaya.
Tapi sepertinya hal itu tidak mungkin ia lakukan, apa dia berani?
iya benar sih kalau saat ini dia sedang sakit dan tidak bisa berbuat apa-apa,
tapi kalau dia sudah sembuh pasti temanku itu akan membalas perbuatanya.
Aku pandangi anak tersebut. Ada keranjang kecil yang dibawa
olehnya. Sempat terlihat olehku beberapa buah seperti apel berada dalam
keranjang tersebut. Lalu dia memberikannya sendiri tepat di depan temanku.
Temanku melihatnya dan menerimanya dengan lemas.
Sangat ironis memang, kejahatan di balas dengan kebaikan.
Dua minggu setelah kejadian itu, temanku sudah aktif masuk
sekolah kembali. Kami jalani kehidupan sekolah bagaimana semestinya. Sampai ada
kejadian unik yang membuat takjub orang yang melihatnya.
Anak yang berkacamata itu tetap saja di bully oleh temanku
yang lain. Tapi ketika itu ada seorang yang berani membelanya dan membubarkan
orang-orang yang menghinanya.
Malahan, dia menantang semua siswa yang berani menghina anak
berkacamata itu. Dengan terikan sedikit keras dia melindungi anak berkacamata
tersebut.
Sejak saat itu tidak ada lagi siswa yang berani membully
anak berkacamata tersebut. Dan di setiap harinya aku mendapati temanku dan anak
berkacama itu sering pulang bersama, di kantin bersama, datang ke sekolahan pun
kadang bersama.
Mereka sekarang menjadi sahabat yang baik. Temanku menjadi
baik dan tidak nakal lagi, anak yang berkacamata itu manjadi tidak pendiam
lagi. Sepertinya mereka cocok menjadi sahabat.
Begitulah jika seorang yang berbuat jahat kepada kita lalu
kita malah membalasnya dengan kebaikan, hasilnya akan menjadi indah.
Penulis: Bang Qooid
8. Cerpen Pak Guru Hadi yang Ikhlas Mendidik
Cerpen Pak Guru Hadi yang Ikhlas Mendidik
Sosok guru yang sedang berbicara di depan kelas adalah pak
Hadi. Beliau mengajar pelajaran biologi di berbagai sekolah. Tapi kali ini
mungkin dia harus menguasai semua mata pelajaran, karena dialah satu-satunya
guru yang ada di dusun terpencil ini.
Pak Hadi adalah seorang guru yang baik. Ketulusannya
membimbing anak-anak di dusun ini tak menyurutkan semangatnya. Walau dia tidak
dibayar, tapi pak Hadi tekun dan terus mengajarkan pelajaran kepada anak-anak
kami.
Di dusun ini tidak ada sekolahan. Jika ingin sekolah yang
formal, maka penduduk dusun ini harus menempuh perjalanan yang sukup jauh agar
bisa bersekolah.
Harus menempuh perjalanan dengan melewati sungai yang deras,
hutan yang rimba dan waktu yang cukup panjang.
Tapi guru yang satu ini, dia dengan ikhlasnya mau tinggal di
dusun ini. Kalau ditanya makan apa disini, kami biasanya hanya makan dengan
singkong yang dibakar, mandi di sungai dan tempat tinggal yang terbuat dari
bambu yang kami keringkan dengan atap seadanya.
Terlihar jelas ketegunan guru tersebut. Kami penduduk dusun
kecil ini sering melihat guru beserta murit-murit belajar di tanah dengan alas
seadanya, kadang juga di sawah, kadang juga di rumah warga.
Bagi kami hal itu tidak membuat masalah, karena dia sudah
menolong anak-anak kami dengan memberikan pendidikan.
Lambat laun karena kerja kerasnya pak Hadi, berdirilah
sekolahan SD di dusun tersebut. Pastinya tidak dengan gampang, bertahun-tahun
dia menghabiskan waktunya untuk menolong dusun kami.
Sampai listrik pun bisa masuk ke dusun kami. Perjuangan pak
Hadi harus di akui jempol.
Pernah sekali mendengar pak Hadi mengajar,
“bagaimana anak-ana, apakah kalian paham?”
“paham pak”
Waktu itu, pak Hadi dengan kemaunya sendiri membawa
peralatan tulis dari kota tempat tinggalnya. Dia rela membawakan buku tulis,
papan bor, dan kapur untuk menuliskan pelajaran. Muritnya juga senang sekali
dengan kedatangan guru tersebut.
Ada sepuluh anak yang ikut kelas pak Hadi untuk belajar. Pak
Hadi berusaha penuh agar semua anak yang ada di sana mendapatkan pendidikan
yang layak.
Walaupun tidak bisa mengajak semuanya, tapi cukup untuk
mewakili dusun tersebut kelak suatu hari nanti.
Murit pak Hadi bermacam-macam, ada yang masih kecil, ada
yang sudah kumisan, ada juga murit yang masih anak-anak dan masih di awasi oleh
orang tuanya.
Bagi pak hadi itu tidak menjadi masalah, karena datangnya
murit dengan semangat untuk belajar saja sudah membuanya senang.
Harapan terbesar dari pak hadi adalah ketika anak-anak
didiknya tumbuh besar, mereka bisa memajukan bangsa mereka, terutama dusun yang
mereka tinggali.
Itulah pak Hadi, guru yang ikhlas untuk mengajarkan
ilmu-ilmunya.
Penulis: Mas Bule
9. Cerpen Sedih Melihat Jasa Kucingku Tersayang
Cerpen Sedih Melihat Jasa Kucingku Tersayang
Bulu lebat dengan hidung pesek dan ekor yang sedang mengibas-ngibaskan
ke arahku itu namanya Kelly. Dia adalah kucing kesayanganku. Kelly adalah nama
yang diberikan oleh ibuku.
Aku suka sekali dengan kucing, dia selalu menemani hariku.
Disaat santai menonton tv, sedang belajar, juga sedang bermain di halaman.
Kami selalu bersama jika aku sedang di rumah. Dia kucing
yang manja, tapi sebetulnya dia adalah kucing yang berani. Jenis kelaminya saja
jantan, masak iya sih kalo dia penakut? ya mungkin dia tidak pernah keluar
saja, cuman dia pemberani kok, aku yakin itu.
Sampai suatu hari kami tinggal pergi ke luar kota. Aku sedih
karena tidak bisa mengajaknya. Dia akan menyusahkan bila diajak pergi.
Aku hanya memberikannya makanan yang cukup untuk beberpa
hari pada wadah makanannya.
Sebelum keberangkatan, aku peluk dia dan bilang kepadanya.
“Kelly.., kamu baik-baik saja kan di rumah, aku sama mama
dan papa mau pergi beberapa hari, kamu jaga ruamah aja yaa.”
Kelly pun hanya bisa mengeong kecil.
Keesokan harinya aku beserta mama-papaku sudah siap untuk
pergi dengan beberapa tas besar di depan rumah. Papa mengeluarkan mobil dari
garasi.
Sebelum kami naik, Kelly pun datang menghampiriku sambil
mengeong-ngeong. Kami sengaja memberi pintu khusus agar bisa dibuat
keluar-masuknya peliharaan kami. Dan dia tidak ingin kami pergi begitu saja
meninggalkan dia. Tapi apa boleh buat kami harus pergi.
Aku pun menaruhnya setelah memeluk tubuhnya yang lembut
beberapa saat, lalu kami masuk mobil dan pergi. Ku lihat dari kaca belakang
mobil, Kelly mengejar mobil kami, aku pun sedikit sedih karena telah
meninggalkannya.
Lalu aku masih melihatnya dari dalam mobil, setelah berjarak
sedikit jauh, Kelly terhenti dan memandangi mobil kami yang melaju.
Dalam perjalanan aku pun cemas, apa jadinya kalau kucing
manja tersebut kami tinggal. Apa dia akan baik-baik saja? Aku harap sih begitu,
semoga dia baik-baik saja.
Tiga hari berlalu, kami pun pulang ke rumah. Tak sabar
melihat kucingku, aku segera bergegas masuk ke dalam rumah. Sesaat aku tidak
mendapatinya, aku cari dikamar dia tidak ada, aku cari di rumah kecilnya juga
tidak ada, sampai ketika aku mencarinya di dapur. Aku tidak menyangkanya, ada
bercak darah di sana.
Dan sebentar saja aku melihat kucingku berbaring dekat pintu
dapur. Dia tak sadarkan diri. Aku segera membangunkannya, tapi tubuh kucing
tersebut sangat berat, lebih berat 10x dari biasanya. Tubuhnya juga sudah
dingin dan kaku.
Ayahku datang dan menghampirinya, ternyata kucingku telah
mati. Aku menangis sejadi-jadinya. Kenapa dengan kucingku, ada apa dengan dia.
Seharunya dia baik-baik saja, kan dia adalah kucing yang pemberani.
Ayahku mencari tahu kenapa Kelly bisa terbunuh. Dia
menelusuri dapur, ruang tamu, tidak ada apa-apa di sana. Sampai ketika dia
melihat ke arah taman dan didapatinya ada seekor ular ukuran sedang berbaring
tewas di sana. Tubuhnya penuh dengan luka cakaran dan gigitan.
Dari sini kita baru tau, kucingku terbunuh setelah melawan
ular pengganggu ini untuk melindungi rumah kami.
Penulis: Mas Kahfi
10. Cerpen Lucunya Suamiku
Cerpen Lucunya Suamiku
Waktu adalah uang.
Di dalam sebuah rumah, terdapat sepadang suami-istri sedang
duduk bercengkrama. Saat itu sang istri mengingikan sesuatu dan bilang pada
suaminya.
“pa, kan uang bulanan mama sudah habis, boleh nggak mama
minta lagi.”
“Kan papa baru saja memberikannya kemaren”
“papa gak sadar ya, kan papa sudah memberikanya 3 minggu
yang lalu, dan sekarang sudah tanggal tua pa.”
“ohh, sekarang tanggal sudah tua ya ma, kapan lahirnya kok
tiba-tiba sudah tua.” dengan sedikit tertawa.
“ihh, pa kalau papa tidak memberika uang, besok kita makan
apa pa.”
“halah, kamu sih boros.”
“hmm, kan mama butuh pa”
“tapi juga gak beli pakaian juga ma, pakaian mama sudah
banyak di lemari.”
“iya iya, mana sekarang uangnya.”
“sabar ma, papa punya sesuatu yang lebih baik dari pada yang
mama minta” kata suami tersebut dengan senyum kemenangan.
“apa itu pa?”
Sang suami tersebut lalu berdiri dari kasurnya lalu
memberikan benda yang ada di saku kanannya.
“ini yang kata papa lebih baik dari yang mama minta?”
“iya.” jawabnya yakin
“jam tangan?”
“ketauhilah ma, karena waktu itu adalah uang.”
Sang suam ketawa terbahak-bahak seraya menang dari
kekasihnya, sedangkan sang istri cemberut jengkel karena tidak mendapatkan uang
yang dia inginkan.
Mendapatkan penghasilan tambahan dari menulis jika tulisan
karena tulisan mu memang layak untuk dinikmati banyak orang adalah suatu hal
yang menyenangkan. Yuk mulai menulis cerpen! Karena sekarang adalah waktu yang
tepat untuk mulai menciptakan karya terbaik. Jangan pernah menunda-nunda
kesempatan yang ada!
Jangan berpikir tentang banyak hal buruk tentang bagaimana
kualitas tulisan mu, dan jangan khawatir tentang bagaimana orang lain
menanggapi hasil tulisan mu. Itu masalah nanti, setiap orang selalu belajar
dari kesalahannya.[ki]