Cerpen 1.000 Kata Tema Lingkungan Hidup - Pada siang hari, di sebuah hutan yang sangat lebat terdapat rumah tua,rumah itu tidak ada penghuninya dan terlihat sungai yang cukup besar di dalamnya namanya Sungai Cikeas. Hutan tersebut selalu di tutupi pohon-pohon besar. Sungainya pun airnya sangat jernih dan menyegarkan, sangat indah untuk di lihatnya. Pada suatu hari, terdengar bahwa sebentar lagi di pinggir hutan akan di bangun sebuah pabrik besar, pabrik pengolah bahan-bahan industri. Pabrik tersebut rencananya akan di bangun tepat menghadap depan sungai Cikeas. Para penghuni hutan sangat terkejut mendengar kabar tersebut, terutama Pak Diyan yang sering menjelajah hutan itu. Ia berpikir bahwa nantinya pabrik industri tersebut akan membuang limbah-limbah hasil olahannya. Jika itu terjadi, kelangsungan hidupnya akan terancam. Ia tidak ingin sampai hal itu terjadi. Sungai Cikeas terasa sejuk karena di atas hutan terdapat pohon-pohon yang di tanami oleh Pak Diyan dan Pak Joko, mereka adalah laki-laki rajin yang sering membersihkan hutan dan ia di perintahkan oleh Pak Sakti pemilik hutan itu, supaya tetap menjaga kebersihan hutan tersebut. Suatu hari, Pak Joko berencana untuk mengunjungi sungai. Ia ingin bertemu dengan Pak Diyan. Karena sudah beberapa hari tidak bertemu. Pak Joko pun jarang pergi ke hutan itu, karena ia sakit dan kondisinya pun sudah tua. Setelah menelusuri hutan lebat. Pak Joko bertemu dengan Pak Diyan di pinggir sungai.
Kemudian mereka saling berbincang-bincang.
Pak Diyan pun bercerita tentang keadaan yang sedang ada di hutan saat ini,
masalah yang di hadapi berkaitan dengan akan di bangunnya pabrik industri yang
letaknya di pinggir sungai. Pak Diyan sangat khawatir dengan dengan hal seperti
ini dan ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, karena Pak Sakti marah
apabila sampai ada pembangunan pabrik industri. Pak Joko pun mendengarkannya
karena ia tidak tahu yang sedang terjadi di hutan ini. Pak Diyan meminta solusi
kepada Pak Joko. Namun, Pak Joko dimintai solusi ia merasa ketakutan mendengar
cerita Pak Diyan. Pak Diyan pun bertanya kepada Pak Joko mengapa ia merasa
ketakutan setelah mendengar cerita Pak Diyan. Katanya Pak Joko merasa khawatir
jika pabrik itu di bangun, pabrik tersebut akan mengganggu kesehatan dan akan
mengeluarkan asap berpolusi yang akan mencemari udara. Asap tersebut akan
merusak dirinya dan semua penghuni hutan. Tidak terasa sudah pukul lima sore,
mereka belum menemukan solusi masalah yang mereka hadapi. Namun, mereka berdua
kembali ke atas hutan karena hujan turun dengan derasnya dan mereka pulang ke
rumah masing-masing. Pak Diyan dan Pak Joko telah sepakat untuk meneruskan
pembicaraan keesokan harinya. Keesokan harinya, pukul enam pagi, pak Joko yang
awal datang ke hutan itu, tidak lama kemudian setelah Pak Joko duduk di bawah
pohon besar ternyata Pak Diyan datang menghampirinya karena mereka ingin
melanjutkan pembicaraan yang terpotong kemarin. Belum sempat mereka berbicara,
tiba-tiba terdengar orang yang sedang berjalan ke arah mereka, tanpa mereka
melihat ke arah belakang. Ternyata yang datang adalah Pak Sakti dan putranya
bernama Bisma. Ia melihat keadaan hutan. Pak Sakti memanggil Pak Diyan dan Pak
Joko, mereka berdua segera menemui Pak Sakti. Pak Sakti pun mengajak mereka
untuk pergi ke pinggir hutan. Setelah sampai di pinggir hutan Pak Sakti sangat
terkejut dan ia tidak percaya apa yang di lihatnya, ia melihat truk besar yang
ada di sana. ia juga melihat banyak pekerja yang sedang sibuk mempersiapkan
alat-alat dan sebagainya. Nampaknya mereka ingin membangun sesuatu di pinggir
hutan itu. Pak Diyan dan Pak Joko sangat ketakutan, ia menceritakan tentang
rencana pembangunan pabrik besar di pinggir hutan di ceritakannya kepada Pak
Sakti. Jantungnya berdetak, dan wajanya memucat. Kemudian Pak Sakti dan
putranya memutuskan untuk pergi dari hutan itu, ia tidak percaya apa yang telah
di katakana oleh Pak Diyan dan Pak Joko.Sudah hampir dua bulan pabrik itu
berdiri. Pak Diyan dan Pak Joko semakin khawatir saja.
Tidak lama kemudian mereka mengabari
teman-temannya untuk dating ke hutan dan mereka memberikan solusi. Mereka tidak
tahu harus berbuat apa, mereka hanya menunggu apa yang akan terjadi untuk
selanjutnya. Keesokan harinya Jemi adalah anaknya Pak Joko. Ia sedang berjalan
di sekitar pabrik tiba-tiba ia terkejut melihat di pinggir sungai banyak
tumpukan sampah dan kayu-kayu sisa pembangunan terapung di sungai. Terlihat
sangat kotor dan berbau menyengat sehingga dapat mengganggu pernapasan manusia.
Ia segera pulang ke rumah untuk memberitahukan apa yang terjadi di
hutan.Sesampainya di rumah, Jemi segera memberitahu Pak Joko, ia melihat dengan
jelas bahwa para pekerja pabrik membuang sampah dengan seenaknya saja.
Kebetulan di rumah Jemi sedang ada pak Diyan dan teman-temannya. Segera mereka
berbicara untuk mengatasi masalah ini. Pukul satu siang, semua berkumpul di
hutan. Setelah semuanya datang Pak Sakti dengan muka serius menerangkan semua
masalah yang mungkin akan mengancam kehidupan hutan. Semua dengan tenang
mendengarkan Pak Sakti berbicara semuanya mengelurakan ide-ide. Namun, semuanya
hampir putus asa dan merasa bingung. Namun, lain halnya dengan Jemi, ia cukup
cerdik untuk menyelesaikan masalah ini. Sejak tadi, terlihat sangat santai
tanpa mengeluarkan pendapat. Hari sudah sore, saat semua terlihat bingung
tiba-tiba Jemi angkat tangan, sepertinya ia ingin mengeluarkan pendapat.
“Selamat sore bapak- bapak…..” Jemi
berkata. “Kita memang sedang di hadapkan pada masalah yang sangat sulit, kita
semua tidak boleh panic ataupun merasa takut, kita harus menyelesaikan masalah
ini dengan baik, saya punya usul, apakah bapak-bapak setuju membuat bencana dan
merusak pabrik yang sudah di bangun?” tanya Jemi. “Apa maksudmu membuat bencana?”
tanya Pak Sakti. “Maksudku adalah membuat bencana banjir agar pembuatan pabrik
tidak bias di lanjutkan.” jawab Jemi. “Bagaimana caranya nak?” tanya Pak Sakti.
“Raja, untuk masalah seperti ini Raja bisa menyerahkan semuanya kepada kami dan
Pak tinggal menunggu hasilnya saja.” kata Jemi menjawab dengan tenang. “Apakah
benar itu semua?” tanya Pak Sakti. “Benar Pak, kami akan menyelesaikan dan
menyelamatkan hutan ini” jawab Jemi, berbicara dengan yakin. “Saya akan
menyerahkan kepada kalian semua. Apakah semuanya siap?” tanya Pak Sakti.
“Siiiaaaapppp,,,,,,” jawab serentak. Pada pagi harinya, semua para penghuni
hutan kembali untuk melaksanakan rencana Jemi dan semua orang yan datang
membagagi-bagi tugas masing-masing. Pertama bekerja adalah Jemi, ia dengan
beberapa orang pergi ke pembangunan pabrik dan sungai. Tiba-tiba hujan pun
turun.
Semakin lama hujan turun semakin lebat.
Semua orang yang berada di pabrik panik. Air sungai meluap dan mulai
menggenangi area pabrik, bahan-bahan bangunan belum sempat di selamatkan sudah
hancur terbawa arus sungai. Para pekerja tidak berani menyelamatkan alat-alat
yang hanyut karena terbawa arus sungai yang sangat deras.bukit-bukit mulai
melongsorkan tanah. Semua alat tidak bisa digunakan lagi. Bangunan pabrik
hampir jadi, setelah turun hujan yang sangat deras, kini sudah rata dengan
tanah. Para pekerja sangat kebingungan, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Mereka hanya melihat bangunan yang mereka baru saja bangun sudah hancur. Mereka
tidak tahu apakah ini akan dilanjutkan atau tidak. Mereka menunggu keputusan
dari bos. Hujan pun turun, mereka terlihat sangat sedih, kesal dan juga marah.
Para pekerja pergi dari tempat pembangunanpabrik dan meninggalkan semua alat
perlengkapan.mereka segera melapor apa yang baru saja terjadi di hutan.
Keesokannya, Raja Sakti mengumpulkan orang yang telah membuat. Pak Sakti ingin
berterimakasih kepada semuanya karena
tela berhasil menyelamatkan hutan dan pemcemaran limbah pabrik industri. Semua
terlihat sangat senang dan bahagia. Kini pembangunan pabrik di hutan tidak di
lanjutkan lagi. Hutan bebas dari ancaman polusi dan limbah pabrik. Semua
penghuni hutan menjalani kehidupan seperti biasanya dan mereka hidup dengan
tenang.[ki]