Pengertian
Perilaku Konsumen
- Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang dengan berbagai
alasan berhasrat untuk mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut, termasuk
orang yang kepentingan utamanya adalah pemasaran. Tidak mengherankan jika studi
tentang perilaku konsumen ini memiliki akar utama dalam bidang ekonomi dan
terlebih lagi dalam pemasaran. Dengan
demikian, perilaku konsumen menurut Engel (1994) adalah sebagai berikut : Perilaku konsumen merupakan tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan
jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

Subyek ini
dapat diancangi dari beberapa prespektif, yaitu : pengaruh konsumen, menyeluruh
dan antarbudaya. Penelitian
terhadap motivasi dan perilaku konsumen mendapat arti dalam masyarakat
komtemporer di dunia. Ada pula perspektif yang lebih menyeluruh dan memfokuskan
pada upaya studi konsumsi untuk mengerti bagaimana manusia berpikir dan
berperilaku dalam kegiatan hidup. Pemasar yang berusaha mempengaruhi perilaku konsumen
terletak pada premis konsumen adalah raja, motivasi dan perilaku konsumen dapat
dimengerti melalui penelitian, perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui
kegiatan persuasive yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang
berkuasa dan dengan maksud tertentu serta pengaruh konsumen memiliki hasil yang
menguntungkan secara social asalkan pengamanan hokum, etika, dan moral berada
pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi (Engel, 1994).
Konsumen dalam
membeli dan mengkonsumsi sesuatu bukan hanya mengharapkan sekedar barang saja,
akan tetapi ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu sesuai dengan citra
yang terbentuk dalam dirinya. Suatu perusahaan berkepentingan untuk memberikan
informasi kepada publik agar dapat membentuk citra yang baik.
Ada pepatah
yang mengatakan bahwa citra merupakan poin awal untuk sukses dalam pemasaran.
Istilah citra atau image ini
mulai popular pada tahun 1950-an dalam konteks organisasi, perusahaan, nasional
dan sebagainya.
Citra tidak
dapat dibuat seperti barang dalam suatu pabrik, akan tetapi citra adalah kesan
yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap
sesuatu. Citra yang ada pada perusahaan terbentuk dari bagaimana perusahaan
tersebut melakukan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada
segi pelayanan.
Suatu
perusahaan harus mampu untuk melihat sendiri bagaimana citra yang ditampilkan
kepada masyarakat yang dilayani. Perusahaan juga harus bisa memberikan suatu
evaluasi apakah citra yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan atau
jika perlu ditingkatkan lagi.
Jadi citra ini
dibentuk berdasarkan impresi atau pengalaman yang dialami oleh seseorang
terhadap sesuatu, sehingga pada akhirnya membangun suatu sikap mental. Sikap
mental ini nantinya akan dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan
karena citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap
sesuatu.
Dengan demikian
menurut Alma (1992) citra adalah :
Image is the impression, feeling, the conception which the public has
of a company, a conditionally created impression of an object, person or
organization atau citra adalah kesan, impresi, perasaan atau konsepsi yang ada
pada publik mengenai perusahaan, mengenai suatu obyek, orang atau lembaga.
Ciri-ciri
produk atau jasa yang membentuk suatu citra berkaitan dengan unsur-unsur
kegiatan pemasaran. Ciri-ciri pembentuk citra yang sering bersinggungan dengan
kegiatan pemasaran, misalnya, merek, desain produk atau jasa, pelayanan, label
dan lain sebagainya. Program yang baik dalam suatu perencanaan dalam
pengembangan produk atau jasa tidak akan lupa untuk mencantumkan kegiatan
perusahaan yang mencakup ciri pembentuk citra untuk produk dan jasa atau
perusahaannya.[am]