Contoh Proposal
Skripsi Terbaru Sahabat Sekalian, pada kesempatan kali ini Kata Ilmu akan
share artikel mengenai contoh Proposal Skripsi terbaru, dan contoh proposal
berikut ini adalah Skripsi Jurusan Sejarah yang berjudul: Perkembangan Kristen
di Parigi Kabupaten Gowa (1960 – 2006)
Latar Belakang
Penyebaran Kristen di Sulawesi Selatan sudah lama dirintis.
Usaha ini mulai dilakukan sejak pertengahan abad XVI, sebelum bersatunya
kerajaan-kerajaan di Jazirah Sulawesi Selatan. Pembawa Kristen paling awal
adalah bangsa Portugis, bangsa ini dikenal sebagai bangsa penjelajah dan penakluk.
Portugis pula bangsa pertama Eropa yang menginjakkan kakinya di Nusantara.
Portugis yang mempunyai hasrat untuk menemukan dan menguasai sumber
rempah-rempah yang kala itu sangat dibutuhkan di Eropa.
Disamping tujuan tersebut Portugis pula mempunyai tujuan
lain, yakni kekuasaan dan penyebaran Agama Kristen. Portugis menggunakan
semboyan 3G. yakni Gold/kekayaan, Glory/kekuasaan dan Gospel/penyebaran Agama
Kristen (Ricklefs 1998 : 33).
Menurut sumber-sumbernya, Portugis pula bahwa bangsa Eropa
pertama yang berhasil menjangkau Sulawesi Selatan. Bangsa Portugis itu adalah
Antonio de Payra. Ia datang pada tahun 1542. Antonio kemudian disusul oleh Ruy
Vas Pareira dua tahun kemudian. Ruy adalah saudagar Potugis yang berprofesi
juga sebagai Misionaris (Sewang 2005 : 54).
Usaha penyebaran kristen yang dilakukan oleh Misionaris Ruy
Vas Pareira ini membuahkan keberhasilan. Terbukti empat raja di Sulawesi
Selatan berhasil dikristenkan. Ke empat raja ini masing-masing Arung Alitta,
Datu Suppa, Arung Bacukiki dan Karaeng Siang (Rasdiyanah 1982 : 65).
Sumber Makassar pun membenarkan hal ini, dalam lontarak yang
terdapat pada Koleksi UNHAS disebutkan bahwa : “Pendeta itu berhasil memasukkan
Kristen Datu Suppa yang bernama Makeraiye dan didirikan sebuah Gereja di
Kampung Maena. Ia juga berhasil memasukkan Kristen Raja Bacukiki, daerah yang
terletak di pinggir laut, dan Raja siang di Pangkajene”. (Sewang 2005 : 55)
Kristenisasi juga kemudian merambah kerajaan Tallo, dimana
dikatakan dalam sumber Portugis, bahwa Raja Tallo, 1 Mappatakang Kantana Daeng
Padulung Tumenanga ri Kayaoang (1545 – 1577) berhasil dibaptis oleh Pastor
Viegas pada tahun 1545 (Poelinggomang 2004 : 76 – 79).
Meskipun misionaris-misionaris Portugis gencar melakukan
penyebaran kristen dan hampir berhasil mengkristenkan Sulawesi Selatan. Sebab
mereka telah berhasil membaptis beberapa penguasa diantaranya Arung Alitta,
Datu Suppa, Arung Bacukki, Karaeng Siang dan Karaeng Tallo.
Beberapa faktor yang menyebabkan kurang berkembangnya
Kristen pada waktu itu adalah ramainya orang-orang Arab yang datang untuk
berdagang di Sulawesi Selatan serta tumbuhnya Kerajaan Gowa sebagai Kerajaan
besar yang menebarkan heqemoni kekuasaannya terhadap kerajaan-kerajaan tetangganya
di Jazirah Sulawesi Selatan. Apalagi pada tahun 1605 Islam dijadikan sebagai
Agama resmi Kerajaan Gowa (Limpo 1995 : 27).
Dengan berkuasnaya Belanda ini, praktis Portugis menjadi
tersingkir dari Sulawesi Selatan, sebab antara Belanda dan Portugis adalah
musuh dalam segi poltik, serta Agama yang dianut oleh mereka, pada waktu itu
masih tajam pertentangannya, yakni agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Pada mulanya Belanda bersikap netral terhadap Agama dan
lebih mengutamakan tujuan-tujuan sekulernya. Namun setelah terjadi perubahan
kebijakan di negeri Belanda, yakni kebijakan Liberal (1855 - 1900). Maka
Belanda pun kemudian menyebarkan agama Kristen dengan mengirimkan
Zending-zendingnya (Najamuddin 2002 : 119 – 120).
Jauh sebelumnya di Sulawesi Selatan agama Kristen sudah
masuk, hal ini dibuktikan dengan adanya komunitas Kristen di Bonthain yang
sudah mempunyai Gereja. Gereja ini rencananya akan dijadikan sebagai pusat
penginjilan di daerah Bonthain, Bulukumba dan sekitarnya. Bahkan Zending
Belanda yang bernama Doonselaar pada tahun 1858, melakukan usaha penyebaran
Kristen dengan menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Makassar. Namun Injil
Versi Makassar ini kemudian dilarang beredar oleh pemerintah, sebab ditakutkan
akan memicu kebencian rakyat yang sudah berabad-abad menganut Islam dan bahkan
Islam bagi rakyat Sulawesi Selatan sudah mendarah daging dalam sanubari mereka.
Satu-satunya harapan bagi para Zending Belanda dalam mencari “domba-domba yang
tersesat” adalah mencari komunitas atau suku yang belum terkontaminasi oleh
pengaruh Islam. Komunitas tersebut adalah Suku Toraja (Sitonda 2007 : 3). Dan
Mattulada mengatakan bahwa : “Orang Toraja, ialah penduduk Sulawesi Tengah,
untuk sebagian juga mendiami Propinsi Sulawesi Selatan, ialah wilayah Kabupaten
Tana Toraja dan Mamasa. Mereka itu biasanya disebut orang Toraja Sa’dan…..”.
(Koentjaraningrat 1993 : 266).
Suku Toraja yang bermukim di Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Barat menurut para ahli disebut Toraja Sa’dan. Mereka bermukim di pegunungan
dan lembah-lembah sungai Sa’dan di daerah Tana Toraja dan Mamasa. Usaha para
Zending Belanda mulai nyata hasilnya sekitar tahun 1900-an. Sebuah lembaga
pengkabaran Injil dalam bahasa Belanda bernama Gereformeerde Zending Bord (G2B)
yang berpusat di negeri Belanda adalah salah satu sponsor penyebaran Kristen
kepada suku Toraja. Tahun 1901 – 1923 adalah awal penyebaran Kristen disana
(Pakendek 1996 : 46). Disinilah pusat agama Kristen mulai dari sebelum
kemerdekaan Indonesia sampai saat ini. Bahkan ada Indikasi kuat bahwa di daerah
ini dijadikan sebagia pusat penyebaran Kristen ke segala penjuru Sulawesi
Selatan. Sebab Tana Toraja dan Mamasa di dukung oleh keadaan geografis yang
terisolasi dari pengaruh Islam.
Seperti yang dikatakan oleh N. Adriani : “Daerah Tana Toraja
adalah daerah yang paling baik sebagai pusat daerah Pangkalan Injil karena jauh
dari pengaruh Islam, ini disebabkan karena letak Tana Toraja di atas gunung,
sedangkan kekuasaan Islam menduduki daerah Pantai”. (Pakendek 1996 : 47)
Adapun saluran penyebaran Kristen di Sulawesi Selatan dari
dulu sampai saat ini seperti yang dikatakan oleh Sarira : “Orang Kristen harus
masuk ke dalam tiap bagian terhadap rangat, ke dalam politik, pelayanan politik
dan Nasional, seni dan kebudayaan, guna bekerja sama secara nyata dengan
orang-orang bukan Kristen dan menjadi seksi Kristen dalam segala hal”. (Bura
1999 : 51).
Menurut Den (1993 : 106 – 107) orang-orang Indonesia masuk
ke agama Kristen disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya faktor politik,
stratifikasi sosial dan perkawinan. Jadi dapat disimpulkan bahwa saluran
kristenisasi yakni faktor ekonomi, politik, pelayanan kesehatan, perkawinan
serta sarana pendidikan / sekolah-sekolah.
Para Zending dengan giat dan sistematis melakukan penyebaran
agama Kristen sampai saat ini. Daerah Tan Toraja dan Mamasa yang sebelumnya
telah berhasil dikristenkan, kemudian menjadi pusat pengkabaran Injil ke seluruh
Jazirah Sulawesi Selatan.
Dari berbagai fenomena yang sudah dipaparkan sebelumnya,
maka studi ini akan berfokus kepada masalah penyebaran Kristen di Sulawesi
Selatan, khususnya di Parigi Kabupaten Gowa. Alasan kenapa studi ini mengambil
daerah Parigi sebagai daerah yang akan diteliti dalam masalah penyebaran
Kristen, meskipun penyebaran Kristen terjadi di berbagai daerah di Sulawesi
Selatan. Namun di Parigi proses penyebaran Kristen sudah berlangsung lama,
yakni dimulai pada tahun 1930-an sampai sekarang. Metode yang dilakukan dalam
penyebaran Kristen di Parigi antara lain seperti yang telah disebutkan
sebelumnya yakni pembangunan sarana pendidikan, pelayanan kesehatan, penyediaan
sarana dan prasarana umum serta penyebaran orang Kristen untuk menjadi Zending
pada daerah ini.
Rentang panjang penyebaran Kristen di Parigi Kabupaten Gowa
tentulah memiliki aspek historis yang berdimensi sosial, politik dan budaya
yang menarik untuk dikaji secara diungkap secara ilmiah terutama dari sudut
pandang sejarah.
Akhirnya, kompleksitas masalah di dalam proses penyebaran
Kristen di Parigi Kabupaten Gowa akan menjadi bahan kajian dalam studi ini yang
nantinya akn tertuang dalam karya ilmiah yang berjudul “Perkembangan Kristen di
Parigi Kabupaten Gowa (1960 – 2006)”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka permasalahan
okok yang timbul adalah kristenisasi di Parigi Kabupaten Gowa.
Pertanyaan pokok itu dapat diperinci ke dalam point-point
pertanyaan masalah sebagai berikut ;
- Bagaimana kondisi Parigi sebelum penyebaran Kristen di Parigi?
- Bagaimana proses penyebaran Kristen di Parigi?
- Bagaimana strategi penyebaran Kristen di Parigi?
- Apa reaksi masyarkat Parigi terhadap agama Kristen?
- Apa penyebab surutnya penganut di Parigi?
Batasan Masalah
Studi ini berupa merekonstruksi masalah perkembangan di
Parigi dilihat dari bingkai sejarah, diantaranya latar belakang penyebaran
Kristen, perkembangan sampai surutnya penganut Kristen di Parigi.
Agar dapat menyentuh substansi pembhasan pada objek kajian,
maka studi ini membatasi diri pada ruang lingkup : kasus, temporal dan spasial
kajian. Secara kasus, studi ini mulai membahas tentang Parigi sebelum masuknya
agama Kristen, proses perkembangan di Parigi, strategi penyebaran Agama
Kristen, reaksi masyarakat terhadap Kristen serta surutnya penganut Kristen di
Parigi Kabupaten Gowa.
Secara temporal, studi ini diawali pada than 1960, dengan
pertimbangan bawha pada tahun ini adalah titik perkembangan Kristen di Parigi,
meskipun jauh sebelumnya tepatnya sektiar tahun 1930-an Kristen sudah masuk ke
Parigi di bawah oleh Zending yang berkembangsaan Belanda. Namun perkembangan
Kristen di Parigi sempat vacum, dikarenakan timbulnya gerakan DI/TII yang
sempat juga aktif di Parigi. Seiring dengan mulai runtuhnya gerakan DI/TII,
maka Kristen mulai berkembang ada tahun 1960. studi ini diakhiri pada tahun 2006,
dengan pertimbangan agar perkembangan Kristen dapat dikaji sampai masa kini.
Kemudian secara spasial, studi ini berfokus kepada daerah
Parigi meskipun di daerah lain terjadi Penyebaran Kristen. Namun Parigi
mempunyai “keistimewaan” di banding dengan daerah-daerah lainnya. Parigi adalah
salah satu wilayah yang tergabung ke dalam wilayah Kabupaten Gowa. Dimana Gowa
dikenal sebagai wilayah basis Islam dan pada zaman dulu Gowa terkenal sebagai
kiblat Islamisasi ke Indonesia bagian Timur,. Batasan spasial ini tidak
dianggap kaku, dan tetap megkaji tentang penyebaran dan perkembangan Kristen di
daerah lain secara umum sebagai toleransi dari batasan spasial.
Metode Penelitian
Adapun metode dan tahapan penelitian sejarah menurut
Notosoesanto (1971 : 17) adalah sebagai berikut :
- Heuristic, yakni kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau;
- Kritik, yakni menyelidiki apakah jejak itu sejati, baik bentuk maupun isinya;
- Interpretasi, yakni menetapkan makna dan saling hubungan dari fakta-fakta yang diperoleh;
- Historiografi, yakni menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk Tulisan sejarah.
Sesuai dengan metode tersebut, maka langkah proses dari
penelitian ini adalah :
- Heuristic Heuristic adalah pengumpulan data atau sumber-sumber yang ditemui. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan tehnik wawancara serta teknik kepustakaan. Teknik wawancara dilakukan dengan mewawancarai informan kunci, baik dari pihak penyebar Kristen, pihak penerima Kristen serta pihak-pihak lain yang dianggap kompeten denga studi ini. Teknik ini adalah sebagai penyangga utama studi ini, sebab sebagian besar saksi kunci masih hidup dan berdomisili di lokasi penelitian. Tehnik kepustakaan dilakukan dengan mengkaji tinggalan-tinggalan yang berbentuk tulisan, diantaranya dokumen-dokumen, arsip-arsip resmi, majalah-majalah serta buku-buku yang kompeten dengan studi ini. Dimana semua bahan di atas akan ditelusuri pada perpustakaan-perpustakaan, dokumen-dokumen pemerintah Kabupaten Gowa, Dokumen organisasi GKSS (Gereja Kristen di Sulawesi Selatan), serta tempat-tempat lainnya.
- Kritik. Pada tahap kritik, sumber yang terkumpul pada kegiatan heuristic kemudian disaring dan diseleksi. Data yang terkumpul tersebut baik merupakan data hasil wawancara maupun data tulisan / pustaka akan disaring dan diseleksi guna mengetahui asli atau tidaknya sumber tersebut. Kritik sumber ini terbagi dua yakni kritik intern, dimana kritik intern adalah kritik yang dilihat dari keterangan lisan/tulisan sumber tersebut. Kritik ekstern yakni kritik yang dapat dilihat dari fisik sumber. Selanjutnya diadakan komparasi antara beberapa sumber, sehingga dapat diketahui mana sumber pertama dan mana sumber kedua (Notosusanto 1971 : 20).
- Interpretasi, Setelah diperoleh data yang valid dan akurat, maka tahap selanjutnya adalah menginterpretasikan atua menetapkan makna dan saling hubungan dari fakta-fakta yang diperoleh. Pada tahap ini sangat diperlukan kecermatan dan sikap menghindari subyektifitas terhadap fakta pada masalah penyebaran dan perkembangan Kristen di Parigi Kabupaten Gowa.
- Historigrafi. Historigrafi atau penulisan sejarah adalah tahap akhir metode penelitian sejarah. Pada tahap ini. Studi ini berusaha untuk memahami historic realite, sejarah sebagaimana yagn dikisahkan (Abdullah 1985 : 15), sehingga mampu dikisahkan dan disajikan masalah Penyebaran dan perkembangan Kristen di Parigi Kabupaten Gowa secara kronologis. Studi ini juga ditopang oleh ilmu-ilmu sosial lain dalam membangun kerangka studi ini.
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari studi Perkembangan Kristen
di Parigi Kabupaten Gowa adalah sebaga berikut :
- Untuk mengetahui kondisi Parigi sebelum masuknya agama Kristen
- Untuk memaparkan proses perkembangan Kristen di Parigi
- Untuk mengetahui strategi penyebaran Kristen di Parigi
- Untuk melacak reaksi masyarakat terhadap agama Kristen di Parigi
- Untuk mengetahui penyebab surutnya penganut Kristen di Parigi.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari studi Perrkembangan Kristen di Parigi
Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut :
- Sebagai bahan referensi bagi yang berminat mengetahui sejarah agama Kristen, khususnya agama Kristen di Parigi Kabupaten Gowa
- Sebagai bahan penulisan sejarah serupa, khususnya agama Kristen di Parigi Kabupaten Gowa
- Untuk memperkaya khasanah kepustakaan tentang sejarah agama Kristen.
Daftar Pustaka
- Amir, Andi Rasdiyanah. 1982. Bugis Makassar dalam Peta Islamisasi. Ujung Pandang : IAIN UP.
- Andaya, C. Leonard. 2004. Warisan Arung Palakka Sejarah Sulawesi Selatan Abad 17 (Terj. Nurhady Sirimorok). Makassar : Ininnawa.
- Bura, Eunika. 1991. Persepsi Penganut Agama Kristen Terhadap Pewarisan Upacara Kematian di Tana Toraja. Makassar : Skripsi FEIS UNM.
- End, Van Den. 1993. Ragi Carita 1 Sejarah Gereja Di Indonesia 1500 – 1860. Jakarta. Bpk Gunung Mulia.
- Gonggong, Anhar. 2004. Abdul Qahhar Mudzakkar dari Patriot Hingga Pemberontak. Jakarta : Ombak.
- Gootschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah (Terj. Nugroho Notosusanto). Jakarta : UI Press.
- Koentjaraningrat. 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan.
- Najamuddin, Lukman. 2002. Dari Animisme ke Monoteisme Kristenisasi Di Poso 1892 – 1942. Yogyakarta : Yayasan Untuk Indonesia.
- Pakendek, Yusuf Sattu. 1996. Sejarah Masuknya Kristen Protestan di Tana Toraja. Makassar : Skripsi FEIS UNM.
- Poelinggomang, Edward dkk. 2004. Sejarah Sulawesi Selatan Jilid I. Makassar : Balitbangda.
- Ricklefs, MC. 1998. Sejarah Indonesia Modern (Terj. Dharmono Harjowidjono). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
- Sewang, Ahmad. 2005. Islamisasi Kabupaten Gowa (Abad XVI Sampai Dengan Abad XVII). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
- Sitonda, Muh. Nasir. 2007. Toraja Warisan Dunia. Makassar : Pustaka Refleksi.
- Yasin Limpo, Syahrul dkk. 1995. Profil Sejarah Budaya dan Pariwisata Gowa.Sungguminasa : Yayasan Eksponen 1966.
Demikianlah artikel mengenai Contoh proposal Skripsi
Terbaru, semoga artikel ini tentunya dapat memberikan informasi yang bemanfaat
bagi kita semua.[ki]